Rabbi mengikat cerita ini begitu rumit. Dengan angka-angka yang saling mengikat. Terkadang kehendak tak selalu sesuai dengan kenyataan. Ada Rabbi pengatur segala yang terkadang tak paham. Hingga hari ini, semua angka-angka ini seakan menyatu; 24, 28, dan kisah 4 yang silam. Inilah sebuah #TitikBalik
Sebenarnya telah lama ingin
menulis ini. Sangat lama. Berbulan-bulan silam. Tapi kerap kuurung. Aku memilih
waktu terbaik. Yang merangkul segala angka-angka di atas menjadi kesatuan
cerita sendiri. Cerita tentang pilihan, takdir, dan penambahan.
Semalam niatan itu hadir lagi.
Tapi kutekan. Aku memilih membatalnya. Dan menunggu hari ini.
Allah sungguh baik. Ia
menghadirkan aku dalam keluarga yang baik. Lengkap. Ramai (sangat), dan
bersatu. Ketika itu tepat 24 September silam. Aku
dilahirkan di sudut Banda. Bapak dan Ibu adalah PNS biasa. Tak berlebih. Hanya
mampu membangun rumah bergaya 80an. Si bungsu hadir tujuh tahun kemudian.
Menggenapkan kami sepuluh bersaudara.
Maka cerita hidup berjalan
sebagaimana biasanya. Cerita-cerita silam tentang memaksa untuk
berkecukupan. Ayah yang terjerembab akibat stroke. Ibu pengabdi negara. Dan
ketika berkumpul, hingga kini, masa susah itu kerap diceritakan.
Sebagai pensyukur hidup atas nikmat kebaikan sekarang.
Itu 28 tahun silam.
Allah menggenapkan umurku pagi
ini. Ketika tersedak dari tidur, aku masih melihat matahari masuk dari jeruji
kamar. Udara hangat. Lalu lintas padat. Suara menyalak. Serta nikmat hidup.
Rabbi mengizinkan aku untuk menumpang lagi di buminya. Hari ini.
Entah mengapa aku merasa tahun
ini begitu berwarna. Melebihi fragmen-fragmen drama diatas pentas. Setiap kali
teringat, aku menyadari mungkini ini jalan Rabbi yang dibentuk selayak puzzle
yang rumit. Menikmati? Jelas? Bersungut? Kerap.
Seperti menyusun puzzle. Tangan,
pikiran berpacu dalam satu irama. Mencari kesempurnaan dan kelengkapan. Hingga
terbentuk sebuah gambar hingga tahu makna tersirat.
Dan itu bermula 4 bulan lalu.
Hari ini 24 september.
Aku merasa tanggal tepat menceritakan segala hal. Tentang penambahan, takdir,
dan pilihan.
Seperti itulah pilihan yang
kuambil 24 Mei silam. Tepat 4 bulan lalu. Aku memilih resign dari
tempat yang menurutku mampu memberi kebaikan keuangan. Pikiranku berkecamuk.
Entah dari banyak hal. Luka, penghargaan, hingga penolakan perasaan.
Aku bekerja menjadi seorang frontliner pada
sebuah bank. Bank asing yang jaringannya mendunia. Itu kulakoni sejak 2010
silam. Memiliki penghasilan lebih dari cukup bagi aku yang masih sendiri.
Mempunyai penghasilan lebih diatas rata-rata dibanding mereka abdi negara.
Bekerja sebaik mungkin. Senyum
cerah saban pagi hingga senja. Bergelut dengan milyaran rupiah. Berkenalan
dengan banyak nasabah. Menghadiri acara ini itu. Hingga akhirnya titik
kekesalan, jenuh berpadu setahun silam. Tahun 2012.
Ada banyak kejadian yang
membuatku untuk lantas pergi. Atas banyak dasar aku memilih demi kebaikan
pikiran, jiwa, dan batin. Aku butuh setahun untuk memutuskannya. Menyimpan
segala sesak seorang diri. Berkusut wajah. Merutuk apa yang terjadi. Menyimpan
seorang diri hingga nyaris galau bertubi-tubi.
Untuk segala hal aku termasuk
tertutup. Enggan bercerita. Sebab mendengar komentar orang lain adalah
keengganan. Nasehat yang menurutku terdengar basa-basi. Hingga kemudian rapuh
menghinggapi.
Ariel, abangku, adalah orang
pertama yang kuceritakan atas apa yang berkecamuk. Saat itu aku enggan bercerita
pada Ibu. Ia terlalu lelah dengan segala kehidupan. Di usianya yang senja tak
baik rasanya menambah beban pikirannya.
Namun batin Ibu melebihi langit-langit. Ia seakan mahfum menembus perasaan. Dan sejurus kemudian kerapuhan itu hinggap lagi. Disaat petang aku menceritakan segala hal.
“Ibu nggak tau bagaimana, tapi
kalo memang mau resign semoga Allah kasih yang lebih baik,” ujarnya.
Dan keinginan untuk pergi semakin
sempurna pertengahan tahun lalu. Tekadku bulat. Walau terkadang ketakutan
menghujam kuat. Ketakutan yang menurutku sangat logis: apa setelah ini
ada tempat kerja yang menampung? Kalau tidak ada bagaimana? Ada ribuan
pengangguran diluar sana! Usia tak lagi muda.
Maka saat itu langsung terbesit.
Aku harus menyiapkan diri. Kubuka tabungan di bank lain. Setiap tanggal gaji,
ku invest disana separuhnya. Membeli beberapa barang investasi. Saat itu
pikiranku berjalan cepat. Disaat resign akan ada masa pengangguran. Tidak ada
penghasilan hingga berbulan-bulan. Maka disaat itulah tabungan ini berfungsi
untuk sekedar isi minyak sepeda motor, ngopi di warung, atau mengisi pulsa.
Teman dekat di kantor kukabari
niatan ini. Mereka kaget, tapi tahu mengapa alasan kuatku menggebu-gebu. Bahkan
setelah banyak kejadian menerpaku. Luka, penghargaan, hingga penolakan
perasaan.Sebagian mendukung dengan petuah-petuah kebaikan.
Setelah cukup amunisi kabar ini
kusampaikan ke manajemen kantor. Kaget! Tapi terserahlah. Niatku bulat. Maka
keesokannya kabar ini disampaikan saat briefingpagi. Semua rundung.
Waktuku tinggal sebulan lagi disana. Membereskan segala berkas-berkas. Sedih
menyergap-nyergap.
Aku merasa terjebak dalam tubuh
berbeda selama tiga tahun. Dan 24 Mei cerita itu tamat. Ketika bangun tidur dan
menyadari ini adalah hari terakhirku semangat seperti menyalak. Kulayani
nasabah dengan baik. Kubantu transaksi mereka hingga terakhir kali. Tak niat
sedikit pun menceritakan kepergianku. Sebab aku enggan mendengar
komentar.
Dan cerita lengkap menjadi frontliner selama tiga tahun itu tamat tepat jam 16:00 WIB. Tamat disaat jam pelayanan nasabah usai. Disaat aku menutup counter. Disanalah segala kisah usai. Walaupun tak tahu apa yang harus aku lakukan selepas ini, tapi tanganku mengacung tinggi saat itu. Bebas!
Maka perjamuan terakhir
berlangsung menyedihkan. Seluruh kantor melepaskanku di sebuah perjamuan. Makan
besar. Hingga ditutup dengan tangisan. Meredam segala luka, nista penghargaan
dan melihat ini sebuah jalan Tuhan. Aku pergi.
Aku seperti terlahir baru
keesokan harinya. Tanpa kerja mengikat. Pagi tak lagi terasa buru-buru.
Kuhabiskan waktu bebasku pertama kali untuk berkeliling kota. Hal sangat jarang
kulakukan selama tiga tahun belakang. Melihat buku-buku terbaru di toko buku.
Hingga makan mie caluk di pinggir jalan.
Resign ini kusimpan rapat. Banyak
yang tak tahu, terutama teman-teman diluar sana. Tapi kegemaranku memposting
tulisan disaat jam sibuk. Share isi blog di jam kerja.
Hingga mengupdate status berulang-ulang menumbuhkan
pertanyaan.
“Ferhat nggak kerja lagi?”
Hingga disanalah telingaku
menangkap komentar-komentar memekakkan. Aku dianggap terlalu kekanak-kanakkan,
terlalu sombong untuk meninggalkan pekerjaan disaat orang pengangguran. Tidak
mensyukuri nikmat. Hingga merasa seperti tidak bertanggung jawab. Bising hingga
perih. Tak sekali tapi berulang-ulang.
Maka disanalah aku belajar untuk
menutup telinga kesekian kali. Tak lagi mendengar ocehan dan komentar
orang-orang yang hanya tahu permukaan saja. Mengabaikan suara-suara menyakitkan
itu. Sebab memutuskan ini butuh waktu setahun. Bukan atas satu pekara.
termasuk hadirnya www.ferhatt.com pasca resign |
Maka selepas itu kukejar passionku. Menulis. Kembali ke perasaan. Aktif menulis di blog, mengejar moment-moment penting dalam menulis. Menjadi wartawan media online. Hingga menyelesaikan naskah untuk buku sendiri.
Sebab disaat seperti ini cuma
diri sendiri sebagai penguat. Bukan orang lain. Semua kucipta dinamis.
Mendengar lagu-lagu penyemangat. Tidak membiasakan diri bangun telat disaat
waktu begitu bebas. Menulis hingga kalap. Dan membiasakan diri tanpa
penghasilan tetap.
leyeh-leyeh di Samosir |
Ternyata dunia tidak seburuk dipikirkan setelah itu. Allah seakan memperlebar langkah dimana-mana. Mendapat tawaran ini itu. Berjalan-jalan ke Pulau Samosir, Bali, Bandung yang dulunya sangat susah untuk sekedar liburan. Allah membalas waktu sibuk dulu dengan sangat baik.
Menikmati shalat Dhuha. Beritikaf
Ramadhan. Shalat di awal waktu yang dulunya sangat susah kujalani sebab
kepadatan kerja. Bukankah Allah semakin dekat, disaat kita mengingatnya
lebih dekat?
Dan selepasnya ketenangan dan
pikiran batin yang lebih terasa. Masalah rezeki serahkan kepada yang
Diatas. Bukankah segalanya telah diatur?
kenangan ultah setahun lalu di kantor |
Aku menulis catatan ini di pojok warung kopi. Untuk tahun ini entah mengapa ulangtahunku ingin kuingat sederhana. Tak ada gembar gembor selayak dulu; tumpahan tepung yang disiram teman sekantor, black forest dengan lilin angka diatasnya, kado ini itu, atau jamuan selepas itu. Entah mengapa dengan banyak hal yang terjadi, aku memilih berdiam untuk tahun ini.
Merasakan sendiri ketika Allah
memperpanjang nafasku. Merefleksi atas apa-apa yang terjadi atas berubah kisah
yang kurasa sangat cepat dalam 4 bulan terakhir.
Tanggal pemberitahuan ulangtahun
di facebook kulenyapkan seminggu lalu. Tak ada kicauan yang memenuhi beranda sejak
tengah malam tadi. Kuhilangkan. Kujalankan normal.
Namun Allah selalu mengirim
orang-orang terbaik dalam hidup ini. Mawla, adik bungsuku mengetuk pintu kamar
ketika pagi masih larut. Ia menghadiahi sebuah T-Shirt dengan warna kesukaanku
abu-abu. Hal yang mengharukan.
Humaira, kakaku, mengirim selamat
ulangtahun ketika malam buta. Dan selepas itu satu persatu SMS masuk
mengucapkan selamat dari teman-teman. Sedangkan Ariel, abangku malah biasa aja.
Padahal dia yang sering rese’ kalau pulang ke rumah. Numpang tidur di kamarku,
pinjam laptop untuk main game, pinjam kain sarung untuk shalat, maksa-maksa
baca blognya, mendengar cerita-ceritanya yang kadang nggak penting.
Maka di hari ini, 24
September, Allah menggenapkan aku menjadi 28 tahun.
Mengingatkan aku apa-apa yang terjadi 4 bulan silam.
*
Rabbi, bantu aku memelukmu lebit
erat. MengingatMu seerat tulang mengikat.
Dan tinggikan aku dalam derajat.
Terimakasih Allah atas segala
kebaikan, kemudahan, kelancaran, serta kesehatan.
Happy birthday to me!
## Ini tulisan ke100 di blog ferhatt.com (moment yang tepat!)
24 September 2013, di
sudut warung kopi
Sore menggila, jalan
padat. Malam menjelang PKA
;(( ;(( ;(( ;(( ;(( ;(( ;(( ;(( ;((
BalasHapusSelamat Ulang Tahun Bang Ferhat!
Ini hadiah ulang tahunnya : http://eliteword.blogspot.com/2013/09/ferhatologi.html
Makasih Aslan..
Hapustulisa Aslan mengharukan.. izin abg posting juga di blog abg yaaa...
Bang Ferhat. Guah suka banget ama foto keluarganya. >_< Tapi belum ada Dek Al yah? hehe. Ini kado ulang tahun dari Sanah bang. [ikut2an Aslan. :D ] http://nurhasanahdalimunthe.wordpress.com/2013/09/24/kehidupan/ 8-)
BalasHapusNice kali puisinya Sanah... ;-(
Hapusaku harus kasih apa buat qe fer??
BalasHapusqe buat tulisan aja nnati bair ku koment
Hapusaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... gila nyentuh banget bang kata2 na
BalasHapusberlinang air mata... sama seperti yang aku rasakan saat ini
seenggaknya baca blog abang bisa menambah semangat ar lagi
and.. HAPPY B'DAY.. all u wish the best
Terimakasih Ar udah mampir...hehehe
Hapusselamat ulang tahun adinda ferhat. Semoga Allah SWT memberkahi semua yg adinda lakukan. Salam kenal dari kakanda indah di banda aceh juga.. *_~
BalasHapusTerimakasih kaka Indah.. salam kenal.. semoga kita sehat selalu ya..
Hapusini bisa menjadi sebuah cerita inspiratif buat orang2 yang mengejar passionnya..selamat ulang tahun ferhat semoga selalu dalam lindungan Allah,,
BalasHapusAminn.. terimakasih doanya bg Didi..
HapusLoh?Ferhat Resign ya?
BalasHapuslha, memangnya dipecat Hijrah... :-s
HapusMemang gak semua orang bisa ngerti kondisi hati kita dalam sebuah pekerjaan ya bg, ada sodara vina yang lepaskan PNS demi ingin menjadi full-mother buat anak-anaknya yg mash kecil, byk yg menentang, tp akhirnya malah beliau lebih 'sejahtera' sekrg dg bekerja sesuai passionnya tanpa meninggalkan anak-anaknya...
BalasHapusBtw, Happy Birthday bg Ferhat, semoga segala impiannya tercapai ... cheer
terimakasih Vina.. semoga selepas ini keadaan menjadi lebih baik.
Hapusbantu doa yaa...
Ferhat, cuma mau bilang, Tetap semangat!!
BalasHapus*ini kali pertama abang komen, karena memang pantas sekali dikomentari. btw, yang ab komentari tulisannya ya...jalan hidup ferhat, biarlah ferhat sendiri yang mengomentari, ab baca-baca aja. lebih seru! :D
hahhahahhahaa....
Hapushadiahnya jangn lupa dikirim bang.. :))
Sebenarnya resign-nya ferhat bukan cuma bermanfaat bagi ferhat, tapi juga bagi org lain. Krn otomatis ferhat sudah 'membuka' lapangan kerja baru :D Selamat menikmati masa2 santai dan belated happy birthday ya.
BalasHapusGara gara tulisan ini. Gua gak bisa tidur... mau niat resign juga dari dunia persilatan
BalasHapusGara gara tulisan ini. Gua gak bisa tidur... mau niat resign juga dari dunia persilatan
BalasHapusUnlock the full potential of your customer interactions with the Best CRM Software in Dubai. Designed for efficiency, this software streamlines communication, sales processes, and data management. Experience superior customer relationship management with the Best CRM Software in Dubai.
BalasHapusEnhance your digital marketing efforts with expert smm services in dubai. These services specialize in creating impactful social media strategies to increase brand awareness and customer engagement. Utilize SMM services in Dubai to grow your online presence and connect with your target audience effectively.
BalasHapusBoost your online visibility with a social media marketing company that understands the dynamics of social platforms. Their expertise in strategic planning, content creation, and audience engagement ensures your brand stands out. Trust a social media marketing company to drive engagement and grow your digital presence.
BalasHapus