#e39608 Dari Diana Untuk Paman #We_LoveDiana - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Dari Diana Untuk Paman #We_LoveDiana


Amalia membacakan puisi

Semalam (13 april), aksi solidaritas untuk Diana berlangsung di halaman gedung DPRA. Diana, bocah kecil 6 tahun yang diperkosa dan dibunuh oleh pamannya sendiri. Kejadian ini miris!

aksipun mengecam dan solidaritas untuk Diana berlangsung dimana-mana. semalam saja, di Banda Aceh ada dua tempat aksi ini berlangsung. Selain di halaman gedung DPRA, juga ada di Haba cafe.

Nah, semalam saya cuma sempat ikutan hadir di halaman DPRA. Di tempat ini, aksi ini didukung oleh banyak komunitas. Kepingin ikut berpartisipasi. Tapi nggak tau harus ambil peranan yang mana.

Hmmm..gimana kalo nyumbang puisi aja! ting!!!



Berhubung belum begitu PEDE baca puisi. Mending nulis puisi trus minta tolong bacain sama orang lain. hahahahha

Maka muncullah, Amalia Mastura. Amalia anggota FLP Aceh. Sehari sebelum hari H, dia minta tolong dikirimin puisi. Sebenarnya sama Amalia ada beberapa yang ready stock. Tapi katanya mau dikumpulkan semua dulu, trus milih mana yang feel-nya lebih kerasa.

Jadi, disela-sela nonton X factor sampai pagi buta. Lahirlah puisi "Dari Diana Untuk Paman". Dan Amalia memilih untuk membacanya. Cihuyy!!

Sialnya, ketika malam solidaritas berlangsung saya nyaris tak bisa datang. Rapat dengan sponsorship untuk acara workshop novel Gola Gong awal mei nanti, trus dilanjut takziah ke rumah teman di kawasan Mata Ie. wuaahhhhh!!!!

"Lia, tampilnya jam sepuluh bang..." Amalia SMS.

Setelah urusan sana sini selesai langsung 'terbang' ke gedung DPRA. Berharap bisa melihat Amalia baca puisi, trus kepingin tau respon penonton dengan puisinya #kemaruk!

Baru aja parkir motor di parkiran. Amalia langsung muncul. huhff akhirnyaa..

Dengan stelan biru; jilbab-baju-rok. Amalia berdiri ditengah bundaran bawah tiang bendera gedung DPRA. Perlahan Amalia pun berlirih



DARI DIANA UNTUK PAMAN



Paman, kau tahu?

Aku sakit merasakan ini!

Tubuhku pedih selepas kau renggut

Tercabik. Kau renggang. Hingga legam biru badanku

Remuk sampai sendi tulangku



Apa salahku, Paman?

Kau ajak temanmu malam itu. Kau bual aku dengan mainan taman sari

Terus kau giring dalam semak rawa. Dipinggiran kampung kita Peulanggahan

Kejam benar kau putar kepalaku dengan keji.

Menebas hingga terlepas. Tercerabut dari badan kecilku

Sakit! Perih...

Dimana hatimu? sungguh tega kau tinggalkan aku berhari-hari.

Berlari tanpa salah. Menutup tanpa merasa berdosa

Membusuk. Menusuk.

Hingga Ibu terpuruk mendengar kabar buruk



Untuk apa kau lakukan itu, Paman?

Dalam semalam saja kau lenyapkan aku dalam gelap batinmu.

Menamatkan segala kisah kanak-kanakku.

Melumatkan aku dalam nafsu birahimu

Aku masih ingin bermain!

Membaca iqra di pekarangan meunasah

Berguru bersama teman-teman di sekolahan

Menemani Ibu dalam terbujur sakitnya.

Menjadi tongkat dalam kegelapan mata Ayah



Mana rasa ibamu?!

Tak kau sadar, siapa yang akan menuntun Ayah?

Memapah ia dalam remang langkah-langkahnya.

Menemani ia dalam pilu kesendiriannya.

Siapa lagi yang akan mengecup kening Ayah?

Yang merentang kedua tangan memeluk  tubuh besarnya.

Bergelayut dibahu lebarnya.

 Tertawa, riang dengan segala ceritanya



Aku melihatmu dari sini, Paman!

Dalam Surga Tuhan, Ibu datang kemudian

Dalam sesenggukkan tangis kami berpelukan.

Kami berkumpul, bertemu disini

Melihatmu terperangkap dalam jeruji-jeruji besi

Mendengarmu dicemoohkan orang-orang

Dihina, dikecam hingga bertubi-tubi

Apa itu yang kau cari, Paman?



                                                                                                  Banda Aceh 12 April 2013



Awalnya saya nggak yakin Amalia akan memilih ini. Liriknya sederhana. Maknanya juga tersurat nggak tersirat dengan diksi-diksi. truspun kayaknya nggak bagus-bagus amat Y__Y

"Untuk acara depan masyarakat umum cocoknya kayak gini bang," alasan Amalia malam itu, "Biar pesannya langsung dapat diterima. Nggak perlu meliuk-liuk. Takutnya penontonnya malah nggak ngerti..."
Dan bersyukur, gemuruh plok-plok tangan berhamburan selepas Amalia membacakan puisi. Bahkan seorang wartawan surat kabar nasional, minta salinan naskahnya. Entah mau diapain.

Terimakasih Amalia Mastura! Kamu ruaarr biasa!

"PBSK!! Papa Bangga Sama Kamu!" kata Bebi Romeo, disela-sela acara X Factor.




* * *

About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

4 komentar:

  1. puisi mu baguss sekalii....

    BalasHapus
  2. deg-degan aku semalam dengar puisi sendiri dibaca depan org rame.

    BalasHapus
  3. riska fatzeria ma22 April 2013 pukul 06.04

    puisinya terasa sangat mendalam,jadi merinding...
    keren pastinya....

    BalasHapus