#e39608 Pariwisata Cara Cepat Wujudkan Aceh Hebat - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Pariwisata Cara Cepat Wujudkan Aceh Hebat



Balohan berbenah. Itu yang saya temui saat menginjakkan kaki di Sabang sebulan lalu. Di tengah hilir mudik penumpang kapal, suara pekerja bangunan saling bersahutan. Sesekali terdengar dentuman palu, saat mereka memukul kayu penyangga bangunan. Debu bertebaran tak karuan. Tiang-tiang bangunan menjulang tinggi. Material bertebaran di sisi lahan parkir. Area pelabuhan Balohan yang dulunya kecil, kini menjadi lebih luas.  

Saya menyadari itu, saat menunggu seorang kerabat di tepi bangunan utama yang sedang digarap pekerja. Penjaja makanan yang dulunya berada di dekat pintu gerbang, kini bergeser sedikit jauh.

“Udah setahun ini, pelabuhan dirombak,” ujar Mala, kerabat yang saya tunggu sejak tadi.
Ia menyediakan layanan sewa motor bagi pengunjung Sabang. Di sela waktu, wanita berperawakan gelap itu juga membuka warung kecil di sudut pelabuhan. Letaknya jauh ke dalam. Berdekatan dengan pintu gerbang mobile bridge kapal lambat. Warungnya sederhana. Hanya ditutupi kain terpal. Beberapa cemilan digantung seadanya di kayu penyangga warung.
“Nanti motornya bawa ke sini aja kalau udah selesai pakai. Nanti telepon aja kakak,” ujarnya.
Saya mengangguk. Lalu melaju menuju kota.
Ini kali kesekian saya datang ke Sabang. Suasananya pun seakan tak berubah banyak.
Sepi.


***

Sabang selayak magnet. Ia memiliki daya pikat yang lama diintai banyak orang. Jauh sebelum Balohan berdenyut, pada abad 12, kota ini telah dilirik para pedagang Arab. Bahkan, seorang pelayar asal Sohar, Oman, menyebut Sabang sebagai Pulau Emas. Kejayaan ini pun terus berlanjut saat Belanda tiba di Aceh pada tahun 1880-an. Sabang menjadi lokasi perniagaan teramai. Hilir mudik pedagang antarbenua merapat di pulau kecil ini. Letaknya yang strategis menghadap Laut Hindia dan Selat Malaka, menjadikan Sabang sebagai pelabuhan bebas dan pelayaran dunia.
Kejayaan ini pun terus bergulir, hingga akhirnya di tahun 1985, status Sabang sebagai pelabuhan bebas ditutup. Maraknya penyelundupan dan dibukanya Batam sebagai kawasan baru pelabuhan bebas menjadi alasan. Dari sinilah, titik terendah itu dimulai. Sabang meredup. Sepi. Seperti saya temui.
Sabang memiliki potensi besar. Alasan inilah yang menguatkan Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah untuk mengembalikan kejayaan masa lalu. Sabang layaknya jantung bagi Aceh. Andai ia mampu berdetak, maka seluruh darah mengalir menghidupkan Aceh. Terlebih lagi, dalam konteks IORA (Indian Ocean Rim Association)) atau asosiasi negara yang berada di lingkaran Samudera Hindia, posisi Aceh sangat diuntungkan jika dapat memanfaatkan peluang. Dapat dikatakan, IORA adalah kekuatan geopolitik dan geoekonomi baru yang saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Tetapi, kawasan ini diyakini menjadi kawasan masa depan ekonomi dunia.



Sebagai provinsi yang mengandalkan APBA, APBN, dan Otsus, Pemerintah Aceh membutuhkan nafas baru untuk membangun provinsi ini. Semangat keluar dari zona nyaman APBA maupun APBN untuk pembangunan, telah dimulai sejak kepemimpinan Irwandi-Nova pada tahun 2017 silam. Semangat ini tertuang dalam 15 program Aceh Hebat yang telah tertuang dalam Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2017-2022. Target utamanya adalah memajukan Aceh, hingga memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat.
Semangat perubahan ini mulai terlihat hampir di seluruh kabupaten dan kota di Aceh, tak terkecuali di Sabang. Pelabuhan Balohan yang dulunya sempit dan semrawut, saat ini diubah dengan menganggarkan dana lebih Rp215 miliar. Proyek multi years ini mencakup pembangunan gedung kapal lambat dan cepat, jembatan mobile bridge, masjid, hingga perluasan area pelabuhan yang mencapai 4,5 hektar. Pembangunan ini diharapkan dapat menampung lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung ke Sabang.
Pemerintah Aceh sadar, salah satu celah untuk keluar dari zona nyaman APBA adalah melalui pariwisata dan kebudayaan. Terlebih lagi, Sabang adalah icon pariwisata Aceh. Jika tidak digarap sempurna, maka akan sia-sia.
Di satu kesempatan Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengatakan, kebudayaan dan pariwisata adalah salah satu pintu masuk paling efektif mewujudkan Aceh Hebat. Keduanya merupakan hal mudah, efektif, dan lebih cepat menunjukkan hasilnya dibandingkan pintu investasi yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Pariwisata dianggap jalan mudah dan cepat untuk membangun sebuah daerah. Banyak contoh nyata keberhasilan pariwisata berbanding lurus dengan kemajuan sebuah daerah. Contohnya adalah Banyuwangi, salah satu kabupaten di Jawa Timur, yang berhasil bergeliat dan memosisikan diri di jajaran destinasi wisata terbaik di Indonesia. Pengelolaan wisata yang baik memberikan banyak efek. Perkembangannya sejalan dengan pertumbuhan fasilitas yang secara langsung berdampak bagi pendapatan daerah dan masyarakat. Menurut data BPS, pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi melonjak 134 persen dari Rp20,8 juta pada tahun 2010 menjadi Rp48,7 juta di tahun 2018. Kemiskinan di Banyuwangi yang sebelumnya selalu dua digit berhasil ditekan hingga di level 7 persen.
Namun, pariwisata membutuhkan icon. Sabang harus mampu mem-positioning-kan dirinya menjadi lokasi unik yang melekat di benak masyarakat. Banyuwangi sukses menjadi kota yang mengandalkan wisata festival dan wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition). Tak dipungkiri, banyak kegiatan nasional dan internasional yang menjadikan Banyuwangi sebagai tuan rumah. Penunjukkan ini berdampak langsung bagi pertumbuhan daerah dan masyarakat. Lini kehidupan pun bergerak lebih dinamis. Begitu juga dengan Tomohon, Sulawesi Utara, yang berhasil mem-branding-kan diri sebagai kota bunga.
Langkah Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, yang merespon serius investasi rumah sakit India di Sabang patut diapresiasi. Dikutip di Serambinews.com, Nova sempat melaporkan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bambang Brodjonegoro, bagaimana seriusnya India yang ingin menanam investasinya di Sabang. Duta Besar India untuk Indonesia, Pradeep Kumar Rawat, berulang kali datang ke Aceh sebagai bentuk keseriusannya.
Nova dan Dubes India (sumber foto: Serambi Indonesia)

Rencananya rumah sakit internasional India yang ingin dibangun ini memiliki fasilitas lengkap. Jika kerja sama ini tercapai, tidak tutup kemungkinan Sabang dapat memosisikan diri sebagai kawasan wisata kesehatan (medical tourism). Konsep ini belum banyak diterapkan di Indonesia. Tetapi, bagi Malaysia dan Thailand konsep wisata ini telah lama dimulai. Bahkan, menurut Malaysia Healthcare travel Council (MHTC) di tahun 2018, tercatat 1,2 juta wisatawan internasional yang datang ke Malaysia untuk berobat. Dari jumlah tersebut, 700.000 merupakan pasien Indonesia.
Ini merupakan mangkuk besar bagi perkembangan wisata di Aceh. Masyarakat tidak perlu pergi jauh ke Malaysia maupun Thailand. Konsep medical tourism juga diyakini mampu menumbuhkan sektor pariwisata, perhotelan kuliner, hingga transportasi. Alam Sabang yang indah juga mendukung pulihnya kesehatan pasien secara psikis.

***
  
Masjid Agung di Kutacane

Bukan hanya Sabang, Pemerintah Aceh juga bertekad mewujudkan Aceh Hebat melalui pariwisata di wilayah tengah. Banyaknya potensi sumber daya di Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara, menjadi alasan terbentuk Kawasan Strategis Nasional Dataran Tinggi Gayo Alas (DTGA). Di kawasan ini banyak destinasi wisata yang eksotik, seperti Danau Lut tawar, Sungai Alas, Burni Telong, hingga perkebunan kopi.
Cara-cara inilah yang terus dilakukan Pemerintah Aceh untuk menumbuhkan kawasan ekonomi baru, sehingga cita-cita menggapai Aceh Hebat tercapai. Dengan pariwisata akan terbuka keran-keran baru yang nantinya membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Program Aceh Kreatif pun semakin mudah dijalankan dengan hadirnya industri-industri kreatif, terutama di sektor jasa. Industri pariwisata juga merangsang lahirnya para entrepreneur dan wirausaha muda, sehingga program Aceh Kaya semakin mudah digerakkan.


Tentu upaya ini  membutuhkan dukungan dari semua kalangan, terutama pihak swasta agar mau menanamkan investasinya di Aceh. Diharapkan dengan hadirnya sektor ekonomi baru ini, harapan Pemerintah Aceh untuk keluar dari zona nyaman APBA dapat terwujud.
 Harapan yang sama juga diutarakan Mala saat saya mengembalikan sepeda motornya keesokan hari.
“Mudah-mudahan pelabuhan ini cepat siaplah, biar makin rame orang ke Sabang,” pungkasnya. []

***


Referensi
-          http://www.sabangkota.go.id
-          www.serambinews.com
-          Tabloid Info Aceh Edisi 07/Tahun II/2019
-          Tabloid Tabangun Aceh edisi 84, Agustus 2019
-          Tabloid Aceh Hebat edisi V/Tahun 3/2019


About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

2 komentar:

  1. Looking to enhance your online presence with captivating content? Seek no further than the skilled content writers in dubai! With a knack for crafting engaging narratives and optimizing for search engines, these professionals bring your brand to life in the digital realm.

    BalasHapus
  2. Looking to streamline your business operations in Sharjah? Look no further than ERP software. With ERP Software Sharjah, you can seamlessly integrate and manage various facets of your business, from finance and HR to supply chain and customer relations.

    BalasHapus