#e39608 Senja Alue Naga bikin teuhah abah - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Senja Alue Naga bikin teuhah abah

Ada banyak tempat untuk melihat sunset di Banda Aceh salah satunya di Alue Naga

Sebenarnya jalan-jalan sore kemarin tidak direncanakan sama sekali. Setelah berkeliling ke beberapa rumah FLPers untuk lebaran, kami (saya, Aslan, Doni, Nuril, Isni, Fikri) terpaku lama. Mau ngapain lagi sekarang? Sore masih terbilang panjang. Mencoba bertamu ke rumah yang lain, naas penghuninya tidak ada.
Nuril, salah satu penggila laut, beri usul. Gimana kalo lihat sunset!

Semua sepakat. Fikri pemilik mobil langsung mengarah ke jalan kota. Selama dalam perjalanan diskusi panjang pun mengalir. Beberapa sepakat menunggu sunset di Syiah Kuala, tapi menurutku itu terlalu biasa. Aku memberi usul ke Neuhen, komplek perumahan Jackie Chen yang letaknya di atas bukit.

Dengan ketinggian menjulang di bukit, sunset terlihat lebih sempurna. Lebih utuh. Berhubung terlalu jauh dan harus mengantar kembali Nuril dan Isni sebelum maghrib ke rumahnya, akhirnya mobil melaju ke Alue Naga.

Alue Naga merupakan daerah pesisir Banda Aceh. Lautnya terbentang dan saling berhadapan dengan Pulau Weh (Sabang). Sama halnya dengan Syiah Kuala, pantai Alue Naga berpasir hitam legam. Tapi gara-gara legam pasirnya, jadi kontras dengan buih putih lautnya. Jadi semakin indah sewaktu ombak pecah di pinggiran pantai.

Kawasan ini terkenal salah satu daerah nelayan. Pemancing juga ramai mengail ikan disini. Dulunya kawasan ini terparah ketika tsunami menerjang. Hancur total, termasuk sebuah jembatan yang kini hanya tinggal tiang penyangga. Jembatan ini menghubungkan dua kawasan Alue Naga yang terpisah sungai Krueng Cut.

Sore kemarin kami lebih memilih Alue Naga yang berdekatan kampung Kajhu. Melewati jembatan Krueng Cut, mobil belok arah ke kiri lalu lurus hingga bertemu lautan lepas. Jalannya pun mulus sekali. Kanan kiri pohon cemara menjulang memberi kesan teduh.

Menurut saya topografi Banda Aceh terbilang unik. Kawasannya banyak bersentuhan dengan perairan (waduk, laut, sungai, tambak). Beberapa lokasi jalannya cuma bersebelahan dengan laut atau sungai. Cuma kasihan, keindahan ini belum digarap maksimal. Gara-gara fasilitasnya kurang, wisatawan pun ogah-ogahan untuk bertandang.

Kami menunggu sunset ditumpukkan batu pemecah ombak. Sama halnya di Syiah Kuala atau daerah lainnya, melihat sunset di Alue Naga salah satu view terbaik. Garis pantainya luas dengan pulau-pulau kecil dikejauhan. Disanalah matahari tenggelam dengan baik, terlebih disini nggak ada bangunan tinggi menjulang sebagai penghalang. Semakin puaslah melihat matahari turun perlahan.

Dari sini juga kami melihat Sabang diguyur hujan deras kemarin sore. Awan hitam menggelayut pulau itu. Dari kejauhan turunan air terlihat kasat mata. Warnanya pekat hingga Pulau Weh terlihat samar. Mencoba mengabadikan dengan kamera. Tapi beuhh, semuanya bawa kamera handphone. Dizoom sampai ribuan kali hasilnya malah seperti TV rusak.
Cuma kamera handphone Nuril, dan Doni yang bisa diandalkan. Nuril bangganya luar biasa dengan handphonenya itu. Sudah teruji baik membidik sunset di Kuta, Bali tempo hari. (ceritanya DISINI)

Sambil menunggu sunset kami foto-foto. Bernarsis-narsis ria di tepi laut. Dan ternyata bentang alam yang luas bikin kami teuhah abah (menganga). Kumpulan awannya keren sekali. Bersanding dengan  laut di bawahnya dan percikan matahari yang mulai turun. Nuril, Doni, Aslan sibuk jepret sana sini. Saya cuma menggeleng-geleng kepala melihat mereka. Ah, anak-anak zaman sekarang...

(foto; Nuril Annissa)


(foto; Nuril Annissa)

bentang Alue Naga (foto; Nuril Annissa)

personil One Direction lagi syuting lagu "Aduh Buyung" (foto; Nuril  Annissa)


Kerennya makin teuhah abah, sewaktu matahari mulai turun. Ramai-ramai kami menunggu di batu pemecah ombak. Kalau ada kamera DSLR segede gaban itu, pasti lebih menganga. Terlebih diujung sana banyak pemancing yang lagi mencari ikan. Bayangkan matahari turun dengan warna jingga merona, trus dibawahnya laut, disekitarnya pegunungan. Dipojoknya ada pemancing dengan bayangan menghitam. View yang bagus untuk difoto!!!


Menjelang matahari turun, maghrib hampir tiba. Nuril dan Isni harus segera pulang sebelum berubah jadi labu #eh. Jadi sunset kemarin hanya sepenggal yang bisa kami tonton. Walaupun sepenggal kekayaan alam ini tetap seru untuk dinikmati.



About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

7 komentar:

  1. Iya beneran. Saya teuhah babah lihat foto-fotonya ... [-( (h) (h) (h)

    BalasHapus
    Balasan
    1. mari kita Go Nasionalkan "teuhah abah"

      Hapus
    2. gerakan teuhah abah serentak seluruh indonesia.. nyan pah sang bang ferhat..!

      Hapus
  2. Hassseeek.... langsung jadi new entri. (h)

    Coba kalau kami nggak disuru pulang, udah utuh liat sunsetnya. :((

    BalasHapus
  3. hana bantah lee memang beutoi, sleum meuturi

    BalasHapus