#e39608 Ditampar Berulang-ulang di Instagram Dewi Lestari - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Ditampar Berulang-ulang di Instagram Dewi Lestari


Sering kalau lagi malas nulis, hilang ide atau atau apalah pekara lainnya, obatnya adalah berkunjung ke toko buku. Keliling-keliling dari satu rak ke rak lain. Berhalusinasi jika buku sendiri terpampang di etalase. Atau lain waktu untuk menyegarkan pikiran dan memancing ide, membaca synopsis buku. Dan keseringan juga, niat awalnya nggak beli  buku akhirnya malah kebeli juga. Untuk pekara ini, keseringan malah.
Kenapa harus segitunya?
Yup! Menulis itu butuh stimulus. Butuh pematik dan vitamin tambahan. Caranya bisa beda-beda, tergantung orangnya.
Namun ada cara lain yang mungkin jauh lebih hemat dan nggak perlu keliling selayak di atas. Ini sudah saya lakukan beberapa waktu belakangan. Pantengin instagram penulis ternama!

Jika ditanya, siapa penulis favorit saya. Jujur sampai sekarang rada bingung, nama mana yang harus disebut. Seperti dengerin musik, mana yang enak disitu saya akan betah berlama-lama hingga menemukan musik baru yang nggak kalah merdunya. Di dunia menulis juga seperti itu. Jarang hanya berpaku pada satu penulis. Kecenderungan memborong buku berdasarkan kehebohan sekitar, obrolan orang-orang, atau referensi yang kuat dari beragam situs. Tapi kalau ditanya siapa nama penulis yang koleksinya lumayan lengkap di perpustakaan pribadi. Ada dua penulis yang sampai saat ini bukunya saya ikuti dan berada dalam tumpukan ratusan koleksi di lemari rumah. Adalah Trinity dan Dewi Lestari. Dua penulis berbeda genre dan berbeda pula gaya menulisnya. Kedua penulis ini, buku-bukunya saya ikuti maksimal. Trinity dengan koleksi Naked Traveler-nya, dan Dewi Lestari dengan serial Supernova-nya.
Baru-baru ini, karena lagi online nggak tahu harus ngapain, entah gimana ceritanya saya terdampar di instagram Dewi Lestari. Niatnya cuma untuk melihat-lihat sekilas, hingga akhirnya benar-benar berdecak kagum dengan keseriusan menulisnya.

Menurut saya, kebiasaan dan kegilaan Dewi Lestari menulis patut diancungin jempol. Usahanya itu lho bikin kesihir dan merasa tersindir. Dulu pernah dengar kabar, untuk garap Perahu Kertas, Dewi Lestari harus ngekost untuk menyelesaikan naskahnya. Ngekost di kawasan anak kost-kostan, biar feel cerita remajanya dapat.

Ternyata bukan cuma Perahu Kertas ia garap segitunya. Lewat instagramnya saya kepoin gimana Dewi Lestari maksimal untuk garap serial Supernova selanjutnya; Intelegensi Embun Pagi. Di dinding rumahnya ditempel ide cerita, bahkan pemetaan idenya digambar dalam karton besar. Belum lagi, untuk mengejar target dia punya kalender harian menulis berapa lembar.
Melihat ini benar-benar merasa kesindir. Apapun profesi yang diambil, tetap tekun dan fokus adalah kunci keberhasilan. Klise sih kedengarannya, tapi emang iya. Usaha selalu berbanding lurus dengan hasil. Ada usaha, ada hasil yang dipetik setelah itu.
Melihat foto-foto di instagramnya merasa ditampar berulang-ulang. Kita (saya) yang ngakunya suka menulis, tapi kalau menulis masih ogah-ogahan. Ditanya target juga nggak tahu, sebenarnya target di dunia menulis mau ngejar apa. Masih kabur. Pemetaan ide? Boro-boro, keseringan ide kalau ada malah hilang duluan sebelum ditulis. Mau nulis masih dikuasai mood sama malas. Dua penyakit yang memang harus dilawan bertubi-tubi. Kalau gini, masih bermimpi untuk “nyaingin” Dewi Lestari atau kepingin ada di Frankfurt Festival. Adeuuhh, rasanya perlu cuci muka segera sebelum bangun tidur.

Kamu ada segininya kalau mau menulis??















































About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

11 komentar:

  1. Kenapa harus kepoin IG mereka bg jika yang dilakukannya juga ada disekitar ab.

    *lookatme hahahah

    BalasHapus
  2. Kreatif banget ya, semangat berkarya yang patut ditiru

    #kemudiankepoinferhatt

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas apresiasinya, ya! Semangat terus untuk menulis! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yiiiihaaaa...
      senengnya Mbak Dee mampir kemari.
      terimakasih byk ya Mbak, ditunggu karya2 selanjutnya.

      Hapus
  4. Hayooo ferhat munculin teller mabok ke dua

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. ini lagi garap sekuel keduanya: Teller sampai Teler Antrian Dua

      Hapus
  5. Saya sebenarnya tertampar juga, akhirnya fokus menulis apa adanya di blog dan ngejar beberapa lomba. Mana tahu ada yang beruntung 😀

    BalasHapus
  6. mantap bg. penyakit mlas dan mood saya lebih besar dari abg. bingung kadang2 ngilanginnya. perkara besarnya adalah dikejar2 deadline bg. unt tugas akhir segni mlasnya lho bg.... byangkan nulis hanya unt sensasi. hhuufftt....
    kasih semngt ke kami2 y bg.... tq.

    BalasHapus