#e39608 #1 Aku Cemburu dengan Cara Mereka Bersedekah - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

#1 Aku Cemburu dengan Cara Mereka Bersedekah


Tidaklah akan berkurang harta yang kita infaq/sedekahkan dengan ikhlas karena Allah, melainkan Allah akan menggantikannya dengan berlipat ganda. 


(dakwatuna.com)
Banyak hal yang kurasakan dalam beberapa hari belakang. Terutama makna belajar tentang kebaikan, keikhlasan, dan berbagi.
Sedekah.
Ada peristiwa yang membuatku belajar lalu tergugah. Menyadari bahwa berbagi itu tidak mengenal kata ‘kenal’, pamrih, atau ‘banyak/sedikit’.

Itu berawal dari minggu, 5 januari 2014 silam. Ada konser kemanusiaan untuk Palestina yang berlangsung di gedung AAC Darussalam. Seperti diketahui hingga kini Palestina tetap direcoki oleh Israel. Ribuan penonton yang umumnya warga kota Banda Aceh memenuhi sudut ruangan. Bahkan beberapa TV plasma juga tersedia di luar gedung, antisipasi jika penonton tak mampu ditampung seluruhnya di dalam hall.

Jauh hari aku sudah menargetkan untuk datang dan terlibat dalam acara ini. Lebih tepatnya ‘balas dendam’. Soalnya setahun lalu konser serupa ini tak sempat kusambangi gara-gara bentrok kegiatan kantor akhir tahun. Maka di tahun kedua penyelenggaraannya aku bertekad, harus datang! Sendiripun tidak apa-apa. Walaupun akhirnya ketemu kawan di gedung pertunjukan.

Ini sebenarnya bukan sekedar pekara seru-seruan nonton artis atau gegap gempita dengar musik. Tapi lebih kepada memotivasi diri untuk melihat luasnya kebaikan. Singkatnya, belajar dari orang-orang di sekitarku akan banyak hal. Atas nama keimanan, kemanusiaan, kebaikan semuanya berkumpul. Lalu berbagi.

Untukku sedekah selalu menjadi magnet mengerikan. Di salah satu artikel yang sempat kubaca, ada banyak cara untuk ‘menarik’ rezeki. Diantaranya rajin bertahajud, rutin shalat dhuha, menyambung silaturrahmi, menikah, hingga point terpenting adalah bersedekah!
Maka ketika konser berlangsung, ramailah orang-orang berlomba untuk menarik rezeki.

Di atas panggung, Opick, artis utama, berulang kali mengingatkan.
“Tidak akan miskin orang bersedekah. Bahkan rezekinya terus bertambah”
Sederhana. Tapi itulah yang terjadi. Tidak sekalipun aku mendapati  orang bersedekah jatuh miskin lagi papa.

Aku belajar banyak dari Ibu. Ibuku adalah orang yang kerap menyisihkan pendapatannya. Darinya kami anak-anaknya belajar jika sebagian harta kita ada hak yang patut dibagikan untuk mereka membutuhkan.
Ibu kerap mengingatkan kami membayar zakat. Atau sering bercerita jika di kampung kami di pelosok sana ada seseorang membutuhkan. Ibu tak memaksa untuk menyerahkan pendapatan kami. Tapi kami paham, Ibu mengajak menebar kebaikan. Tak perlu dipaksa, tapi cukup dengan contohnya kami mengerti. Maka disitu fakta agama seakan berlaku: semakin banyak memberi, semakin banyak menerima. Ibu terus berkecukupan menafkahi kami kesepuluh anak-anaknya dengan gaji seorang guru SD.

Kembali lagi ke konser Palestina minggu lalu. Aku semakin terpana kita sesi lelang barang berlangsung. Di atas panggung tersedia beberapa barang seperti kaligrafi, lukisan, hingga rajutan tas dari Palestina. Dan orang-orang bersahutan saat perlelangan berlangsung. Mencari titik “berbagi” paling tertinggi. Kaligrafi berhasil dilelang dengan nominal Rp 40 juta, lukisan Rp 35 juta. Bahkan puncaknya tas rajutan berhasil terlelang dengan nominal tertinggi Rp 55 juta.

(wartaaceh.com)

Melihat orang berebut-rebutan memberi angka terbaik, aku sempat celetuk ke seorang teman di sebelah.
“Seru ya jadi orang kaya, banyak duitnya,”
Berdua kami terkekeh. Lebih tepatnya cemburu: “seru ya jadi orang kaya bisa nyumbang banyak-banyak”

Yah, seperti yang kupahami sebenarnya sedekah tak peduli besar atau kecil. Tapi lebih kepada niat membantu atau keikhlasan berapapun itu nominalnya. Terserah mau nyumbang berapa. Tapi bagiku ketika melihat orang-orang menyumbang dengan angka terbaik, aku merasa terpana. Tergugu. Cemburu dengan sikap kedermawanan itu.

Hare gene masih mau nyumbang sebanyak gitu??
Oallaa... sekarang aja dimana-mana pada mahal!

Puncak kecemburuan itu makin bertambah ketika saat konser berlangsung. Opick mengundang penonton untuk menyumbang Rp 2 juta-5 juta tanpa embel-embel barang lelangan.
“Yang mau nyumbang tanpa barang lelangan silahkan naik ke panggung!” pekiknya.
Dan blasshhh...
Puluhan orang serta merta naik ke panggung utama. Melihat itu aku langsung jleb! Ya Rabbi... Haduh, ingin rasanya membobol semua tabungan untuk ikut serta.
Berdua dengan teman kami saling lirik-lirikan, “maju nggak?”
Tapi eng..ing engg.... hmmm...

Memang benar berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan kecipratan wanginya. Berkumpul dengan orang-orang baik maka kita belajar kebajikan. Hal itulah yang kurasa kemarin. Atmosfer terbentuk benar-benar membuat kita sadar. Kalo ada kelebihan, nyumbang terus sampai banyak!!
Makin hanyut dengan sound yang bagus, visual yang terus berputar-putar tentang kekejian Israel, lighting temaram tambah kesyahduan, musik yang menghanyutkan, hingga orang-orang yang berlomba-lomba demi kebaikan. Maka tak heran, orang yang awalnya niat nyumbang segini bisa berubah segono! Maka teori minyak wangi di atas seakan berlaku.

Dan puncak keharuan ini semakin kuat ketika Opick dengan suara lembutnya berdendang lagu “sedekah”
Alangkah Indah
Orang bersedekah
Dekat dengan Allah dekat dengan surga
Takkan berkurang harta yang bersedekah
Akan bertambah akan bertambah
Allah maha kaya yang maha pemurah
Yang  akan mengganti dan membalasnya

Dengan suara sound membahana. Syair ini terasa jleb nya minta ampun bikin merinding. Aku jadi teringat dengan kisah pemulung baik hati beberapa waktu lalu. Bertahun-tahun menabung lalu menyisihkan pendapatannya yang minim untuk saling berbagi disaat masa kurban. Padahal kondisi mereka yang memprihatinkan lebih layak untuk mendapat bantuan ketimbang ikut berbagi. Maka selepas itu, janji Allah menggantikannya dengan berlipat ganda berlaku sempurna. Mendapat bantuan dari banyak pihak, bisa umrah, hingga mendapatkan rumah layak.

Memang benar sedekah tidak pernah membuat menjadi miskin, kere lantas papa. Selalu ada berlipat-lipat setelah itu. Terkadang iseng-iseng mikir, kenapa ya orang kaya makin lama makin tajir. Bisa jadi karena mereka kalau bersedekah nggak nanggung-nanggung. Langsung nominal tinggi dan gede-gede. Jadi balasan dariNYA pun berlipat-lipat gedenya. Maka yang kaya baik hati, makin tajirlah jadinya. Hehehehe...

“Mungkin inilah maksudnya dalam agama dianjurkan menjadi orang kaya yang baik. Jadi kalau nyumbang nggak nanggung-nanggung,” celetuk temanku seusai konser.

Hmmm..

****

#1DAY1POST

About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

2 komentar: