#e39608 Berkunjung ke Kuil Shri Mariamman di Medan (Serial Medan eps 5) - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Berkunjung ke Kuil Shri Mariamman di Medan (Serial Medan eps 5)


Kuil Shri Mariamman Medan−Setiba di Medan, saya dan teman-teman beristirahat di sekret FLP Medan yang juga merangkap taman bacaan Rumcay (Rumah Baca Hasilkan Karya). Letaknya tak begitu jauh dari warung makan soto Medan Sinar Pagi, konon tempat ini pernah dikunjungi Pak Bondan. Tempat yang direkomendasi untuk mencicipi kuliner Medan. Nggak heran, begitu banyak mobil terparkir di badan jalan sempit.


Bermalam di Rumcay, keesokan harinya saya dan teman-teman bergerilya buku. Gramedia jadi tujuan untuk melihat buku terbitan baru. Lumayan lama saya di sana. Menjelang sore, niat untuk mengunjungi kuil Hindu tertua di Medan pun terbesit. Kuil Shri Mariamman menjadi tujuanku. Berjalan kaki hampir 200 meter dari tobuk Gramedia, saya menuju ke jalan Teuku Umar tempat kuil itu berada. Tempatnya pun berseberangan dengan Sun Plaza, salah satu mall terbesar di Medan.

Kuil Shri Mariamman letaknya di pojokan jalan. Tembok tinggi bercat hitam melingkari kuil itu. Di dindingnya terdapat berbagai macam bentuk arca. Sebelum masuk, lama saya berdiri di depan gerbang kuil. Sedikit ketakutan sebab baru kali ini masuk ke tempat peribadatan agama lain. Seseorang lelaki jangkung berparas India duduk di bangku panjang dekat pintu masuk berbentuk gapura. Saya pun meminta izin kepada lelaki itu yang ternyata salah satu penjaga kuil.
"Boleh masuk, tapi yang lagi berhalangan di larang masuk,” ujarnya sambil melirik beberapa rekan perempuan yang ikut datang.


Saya dan teman-teman masuk ke halaman kuil. Sedikit risih. Salah tingkah. Nggak tau harus berbuat dan melangkah ke mana. Mungkin seperti ini kali ya, warga non muslim yang masuk ke areal mesjid. Saya beberapa kali pernah melihat, warga non muslim yang salah tingkah sendiri ketika mengintari mesjid.

Di depan pintu masuk, saya melihat ada beberapa dupa yang baru dibakar. Hio, lidi dupa tampak melumer menjadi abu. Wanginya khas. Saya menuju ke arah kiri kuil. Sebagian teman-teman melongok ke arah berbeda. Kuil Shri Mariamman berumur sangat tua. Berdiri sejak tahun 1884 dan diklaim sebagai kuil Hindu tertua di Medan. Ornamen  kuilnya menarik. Saya sampai terperangah melihatnya. Berbagai bentuk patung dewa-dewi memenuhi dinding kuil. Bahkan, di selasar kuil terdapat patung dewa seukuran manusia. Di kiri kuil juga terdapat sekumpulan dewa-dewi bercorak warna warni. Dibawahnya tertulis; Shri Pharvati Marriage. Saya nggak tau nama itu merujuk ke patung yang mana. Tak ada petugas yang bisa saya tanyai. 
suasana dalam kuil yang warna warni 
Saya mencoba melongok ke dalam kuil. Di dalamnya lebih megah. Ruangan luas dengan karpet hijau terbentang. Terbagi dua. Sepertinya memisahkan jamaah wanita dan pria. Di langit-langit kuil terdapat lukisan dan patung-patung. Ada empat lampu kristal yang menggantung di langit kuil. Di ujung sana−barisan paling depan−saya sempat melihat jamaah wanita berpakaian sari sedang berdoa. Kuil ini sepertinya diperuntukkan bagi umat Hindu India. Letaknya juga di Kampung Keling yang warganya kebanyakan keturunan India.

Saya mencoba berjalan ke arah kanan kuil. Terdapat sebuah pondok di tengah-tengah halaman. Ada kaleng alumunium yang dari dalamnya menyembul api kecil. Sepertinya tempat pemujaan. Dan yang paling menarik dan bikin kami semua terkesima adalah sebuah papan pengumuman yang tertempel di dinding kuil. Isi pengumumannya mengingat saya pada pengumuman di mesjid-mesjid di Aceh. Rupanya, bagi siapa saja (terutama remaja putri) yang masuk ke areal kuil diharuskan berpakaian sopan. Nggak boleh berpakaian sempit, ngepas, rok mini, celana ponggol, bahkan jeans juga nggak bisa. Heboh kami mengambil kamera dan menjepret pengumuman itu.
Papan pemberitahuan di dalam kuil
Kuil tampak dari luar
Nggak terlalu lama saya berada di kuil itu. Mengingat saya datangnya rombongan. Takut mengganggu kosentrasi jamaah yang sedang sembahyang. Bergegas saya dan teman-teman keluar berjalan menuju Sun Plaza. Dari arah teras Sun Plaza kuil itu tampak lebih jelas. Ada bangunan panjang berwarna emas menjulang di atasnya. Patung-patung kecil tersusun rapi hingga ke puncak. Keren sekali!

Satu target kunjungan kami tercapai. Selanjutnya kami berembuk mengunjungi penangkaran buaya yang diklaim terbesar di Asia Tenggara. Seru rasanya melihat langsung buaya yang jumlahnya ribuan. Karena tak tau tempatnya, kali ini saya mengajak teman-teman FLP Medan untuk ikut serta. Dan ternyata, mereka yang sudah tinggal puluhan tahun di Medan juga belum pernah ke tempat itu! Oalaaa.... (bersambung

KLIK DI SINI baca cerita selanjutnya



About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

6 komentar:

  1. rupanya bukan saja di mesjid ya ajuran mengunakan baju yang sopan
    bagus kisahnya ferhat, tapi saya belum pernah masuk ke kuil namun klo lewat sering ( krn di malay banyak kuil dan gereja)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo di malaysia lebih seru lagi kak. lebih byk lagi kuilnyaa..

      Hapus
  2. Wah menambah wawasan banget nihh ... thanks gan !!!
    followback + commentback ya gan http://novaibnu.blogspot.com/

    BalasHapus
  3. orang non hindu boleh masuk juga ya?

    BalasHapus