#e39608 Serunya Keliling Melaka, Malaysia (Serial Melaka eps 1) - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Serunya Keliling Melaka, Malaysia (Serial Melaka eps 1)


Melaka Malaysia−Ternyata Melaka tidak terlalu jauh dari Kuala Lumpur, Malaysia. Hanya sekitar 2 jam perjalanan darat. Ini saya tahu dari abang warung di depan hotel tempat saya menginap di Chow Kit, Kuala Lumpur. Sejak hari pertama kedatangan saya, terus-terusan si abang menghasut untuk pergi wisata ke Melaka.
“Ke Kuala Lumpur udah sering, coba sesekali ke Melaka. Itu kota bagus sekali!” ujarnya berulangkali.

Godaan ini benar-benar kesampaian akhirnya. Dari si abang juga, saya mendapatkan nomor taxi yang biasa hantar wisatawan keliling Melaka. Tarif sewanya variatif. Tergantung lobi. Si abang warung yang sudah saya kenal sejak beberapa tahun lalu, bantu mencari taxi termurah. Awalnya prediksi RM 350 sekali perjalanan pagi hingga malam. Harga yang lumayan murah untuk kami berlima. Terlebih lagi taxi yang dipakai berbody lebar. Muat satu rombongan. Tapi naas, duluan orang lain booking. Taxi murah pun batal kami dapatkan.

Pantang menyerah, si abang coba cari referensi kerabat taxi lainnya. Kayaknya lumayan banyak. Gagal yang ini, dia coba nelpon yang lain. Katanya, dia banyak kenalan sopir taxi. Soalnya rame sopir yang nongkrong di warungnya kalau lagi nunggu penumpang. Sempat dapat taxi tarif RM 650. Kemahalan! Kami tolak. Hingga akhirnya, bujuk maut si abang meluluhkan Cek Mat, sopir taxi yang memasang tarif lumayan ‘murah’ disaat mendesak seperti ini, ‘hanya’ RM 450.

Cek Mat menelepon jam 08.00 pagi keesokan harinya saat saya masih beres-beres di kamar hotel. Dari ujung telepon ia kabari jika sudah di lobi hotel dan menunggu saya turun. Bergegas, saya siap-siap. Barang bawaan saya tinggalkan di kamar hotel, mengingat perjalanan ke Melaka hanya sehari saja tanpa menginap.

Cek Mat sopir ramah. Perawakannya kebapakan dengan suaranya tenang. Sepanjang perjalanan murattal Alquran diputar syahdu. Sangking syahdu dan tenangnya, saya berulangkali tertidur di jok depan. Terlebih lagi perjalanannya lumayan menyita waktu. Sesekali ia bercerita tentang Melaka, negeri bagian Malaysia yang menurutnya indah sekali.
“Melaka tu, kota paling indah di Malaysia...” ujarnya berulang-ulang. Saya sampai hafal sangking seringnya disebut.
“Dia beza dengan kota lainnya di Malaysia,” sambungnya lagi.

Sangking seringnya puja-puji Melaka, saya sempat curiga, ni bapak mantan duta wisata kayaknya. Selain terpesona dengan Melaka, dia juga jago ceritain sejarah panjang Melaka yang berliku-liku dengan nama Sultan yang rumit untuk dihafalin. Usut punya usut, eh ternyata istrinya orang Melaka. Pantes!
“Istri saye dari Melaka. Melaka kota bagus, paling indah di Malaysia,” ulangnya lagi entah untuk kesekian kali.
pintu gerbang Melaka
Melaka adalah negeri bagian yang terletak di semenanjung barat Malaysia. Negeri ini memiliki sejarah panjang bila dibandingkan negeri lainnya di Malaysia. Peradaban kesultanannya telah ada sejak abad 13. Dalam masa pemerintahan kesultanan, Melaka dijajah banyak negara dalam rentang waktu lumayan lama. Diawali penjajahan Portugal (1511), penjajahan Belanda (1641), Penjajahan Inggris (1824), dan terakhir penjajahan Jepang (1940an). Karena itu, Melaka kaya sejarah dan hingga kini peninggalan sejarah tersebut terawat baik dan bisa dilihat nyata. Ini pula menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung kemari. Terlebih lagi, semenjak ditetapkan sebagai World Heritage dari UNESCO di tahun 2008, kunjungan wisatawan semakin meningkat ke Melaka. Hal sama yang diakui Cek Mat.
“Semenjak jadi World Heritage, semakin ramai orang datang ke Melaka,” ujarnya yang mengaku sering bolak-balik ke Melaka menemani wisatawan.


Sangking ramainya wisatawan, Melaka pun berbenah. Ini saya sadari semenjak melewati gapura utama kota Melaka yang melintang di tengah jalan. Banyak proyek pembangunan yang sedang digarap. Jalanan sempit kini dibangun lebih lebar. Monorail dan LRT juga sedang dirancang. Gedung perkantoran dan hotel tumbuh bergeliat. Bahkan Melaka juga sedang menggarap kawasan Melaka Gateway mega proyek reklamasi di pantainya. Duuduuh...
air terjun buatan di samping jalan raya
Tapi walaupun modernisasi semakin menjamah Melaka, keindahan kota ini tetap nggak pudar. Kotanya memang indah. Sepanjang jalan, taman kota dirawat sempurna. Bunga warna-warni tumbuh dimana-mana. Pohon tumbuh rimbun. Bahkan di salah satu perempatan jalan, ada air terjun yang mengalir di sela-sela batu bikin saya ternganga. Gila, ada air terjun di samping jalan raya. Kata Cek Mat, itu air terjun buatan. Terserahlah buatan atau nggak, tapi yang penting ini kota tamannya dikelola baik. Hal yang dipuji habis-habisan sama Cek Mat.

“Di Malaysia, cuma di Melaka ada taman kota seperti ini. Di Kuala Lumpur jarang,” pungkasnya.
Tapi yang saya herankan di Melaka, ini kota perempatannya banyak amat. Bentar-bentar ketemu lampu merah. Baru jalan dua puluh meter, eh ketemu lampu merah. Jalan lagi, eh ketemu lagi. Aduh. Sangking kesalnya, saya sampai ngadu ke Cek Mat. Ia terbahak mendengar kekesalan saya.

Sepanjang jalan, Cek Mat bercerita destinasi wisata di Melaka. Rasanya nggak rugi berpergian dengannya, sebab ia tahu banyak hal-hal menarik di Melaka. Ia menyebut satu persatu tempat unggulan di Melaka yang bikin saya semakin bersemangat. Rasanya nggak perlu googling lagi.
“Sekarang kita kemana dulu?” tanya saya.
Ia berpikir sejenak, “kita ke Red Square saja dulu, tempat teramai di Melaka.”
Seketika bayangan saya memerah mendengar lokasi itu. (bersambung)


CERITA SELANJUTNYA Naik Becak di Melaka Bikin Emosi KLIK DI SINI 




About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

13 komentar:

  1. Kabarnya Hat, keturunan kerajaan Pedir banyak terdapat di Melaka :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ntar ya saya tanya ke Cek Mat benar apa gk :p

      Hapus
    2. Benar, kami telah mengunjunginya, ada Makam Panglima Pidie, di atas bukit China, makam Syeikh Syamsuddin di kampung Hulu, dan ada banyak Batu Nisan Aceh di komplek pemakaman keluarga Dato' Arom

      Hapus
  2. Di Aceh adanya gampong Kuta Malaka,, apa ada hubungannya ya kira2 dgn Melaka,,? coba tanya sama Cek Mat! :D

    BalasHapus
  3. Bang.. Postingan Abang bikin aku rindu ke Malaysia lagi.

    BalasHapus
  4. emang kalau cerita Bang Ferhat nggak ada duanya.... :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ikutin terus sambungannya ya.. rencananya berepisode sampe 1041, nyaingin Cinta Fitri

      Hapus
  5. Balasan
    1. terimaksih dek rahmat..
      lanjutnyya akan hadir dalam minggu ini :p

      Hapus
  6. Weew, keknya ceritanya masih sangaaat panjang. Belum apa2 yang dituliskan Bang Ferhat di sini. Ayoo klanjutannya. :D

    BalasHapus