#e39608 Akhirnya bisa juga ke rumah dan makam Pahlawan Nasional, Teuku Nyak Arief - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Akhirnya bisa juga ke rumah dan makam Pahlawan Nasional, Teuku Nyak Arief



saya & kuburan. hihiihihih..
Rumah itu bergaya kolonial Belanda. Jendela besar dengan pintu kaca nyaris seukuran tubuh orang dewasa. Dinding kayunya bercat putih tampak kontras dengan atap genteng hitam. Sebuah bangunan sedikit menjorok kedepan. Dibawahnya ada pijakan tangga menuju ruang utama.


Aku berkunjung kesini satu hari menjelang hari kemerdekaan kemari. Rumahnya terletak di Darussalam berdampingan dengan Masjid putih, nggak terlalu jauh dari jembatan Lamnyong. Halaman luasnya sepi. Rimbun pohon menutupi pekarangan halaman. Berdua dengan  Aslan Saputra, kami celingak celinguk. Pintu pagar tergembok rapat. Sempat pusing, mau lewat darimana untuk masuk kemari.



rumah Teuku Nyak Arief




Dari dulu aku penasaran dengan rumah kayu ini sejak masa kuliah. Rumah ini diyakini kediaman Teuku Nyak Arief, salah satu pejuang Aceh yang juga Residen Aceh pertama periode 1945-1946. Ia dilahirkan di Ulee Lheue, 17 Juli 1899. Ayahnya seorang Ulee Balang bernama Teuku Nyak Banta. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Sedikit sejarah, Teuku Nyak Arief mengenyam pendidikan di Volksschool (sekolah Rakyat) Kutaraja. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di  Kweekschool, Bukit Tinggi. Lalu pindah ke Banten menempuh pendidikan di sekolah Pamongpraja OSVIA. Sekolah ini khusus disediakan Belanda untuk anak Raja dan Bangsawan dari seluruh Indonesia.

Teuku Nyak Arief


Ternyata kepintaran Teuku Nyak Arief berperan banyak dalam masa pendudukan Belanda, Jepang, hingga mengisi masa kemerdekaan Indonesia. Di masa pendudukan Belanda, ia menjadi wakil rakyat Aceh di Volksraad (dewan rakyat) di Jakarta dalam kurun 1927-1931. 

Teuku Nyak Arief juga termasuk barisan pertama yang menerima kabar kemerdekaan Indonesia. Ia juga diangkat menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah Aceh, sebuah Badan Pembantu Presiden yang keanggotaannya terdiri dari pemuka masyarakat dari berbagai golongan. Komite ini diakui sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia. Namun sakit parah harus mengakhiri segala perjuangannya tepat tanggal 4 Mei 1946.

Pusing-pusing mutar kesana kemari, akhirnya aku menemui celah yang muat untuk seukuran badan. Dari sana aku mulai melihat lebih dekat rumah pahlawan nasional ini. Melalui jendela depan terlihat interior sederhana di ruang utama. Lantai kayu dilapisi karpet merah dengan sofa empuk ditengah-tengahnya.

Di dinding terpajang foto Teuku Nyak Arief ukuran besar. Di halaman belakang terdapat beberapa ruangan menyerupai paviliun. Disana juga terdapat kantor sekretariatan YPI Teuku Nyak Arief yang nggak ada aktivitas sama sekali. Sepi!

Puas melihat lebih dekat rumahnya. Aku penasaran dengan makamnya di desa Lamreung, Aceh Besar. Jaraknya nggak terlalu jauh, cuma berkisar 15 menit dari rumahnya.
Menuju kemari bisa melalui jalan yang bersisian Restoran Lamnyong. Menemui makamnya juga nggak terlalu sulit. Keberadaannya tepat disamping jalan yang dibatasi tembok tinggi.

komplek makam




Bersyukur sekali ketika aku sampai disini pintu pagarnya nggak terkunci. Komplek makam tertata rapi. Batu pualam di dinding pintu gapura menceritakan singkat sejarah Teuku Nyak Arief.


motret sejarah singkat Teuku Nyak Arief

Aku menemui Cut Keumalawati, 38 tahun, di rumahnya yang bersisian dengan halaman belakang makam. Ia keturunan ketiga dari Teuku Nyak Arief. Setiap hari ia yang merawat makam.

“Kemarin baru ada kegiatan dari KODIM,” ujarnya yang merawat makam sejak beberapa tahun silam.
Ia juga mengaku komplek makam sering sepi jarang dikunjungi penziarah.
“Pintu cuma ditutup aja nggak digembok. Kalau mau ziarah silahkan ngak apa-apa. Makam ini terbuka untuk siapa aja,”

Komplek makam terbilang luas. Di tengah halaman terdapat gazebo yang memayungi delapan makam dibawahnya. Termasuk makam Teuku Nyak Arief yang terletak di tengah gazebo. Bentuk nisannya berbeda dengan makam sekitarnya, sedikit lebih meninggi. Lantai makam dan gazebo dilapisi marmer dengan warna serupa.

makam Teuku Nyak Arief

Di komplek ini juga dimakamkan keluarga terdekat, termasuk Ayahnya, Teuku Nyak Banta.
“Ini komplek keluarga, ada beberapa makam keluarga terdekat juga disini,” lanjutnya sambil menunjuk kearah belakang gazebo.



Komplek makam Teuku Nyak Arief berada di bawah pengelolaan Dinas Sosial Provinsi Aceh. Pemugaran dilakukan pada tahun 1991 yang diresmikan langsung oleh menteri sosial, Haryati Soebadio pada tanggal 17 september 1991.

Tentu pemugaran ini diharapkan agar masyarakat luas tetap mengenang jasa Teuku Nyak Arief yang tahun 1974 dianugerahi Pahlawan Nasional Indonesia.


* * *

Juga dimuat di http://atjehpost.com
 


About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

1 komentar:

  1. makin bernas saja tulisan bang ferhat. liza jga udah lama penasaran dengan rumah bergaya belanda di dekat jembatan lamnyong itu

    BalasHapus