#e39608 Peunayong, Kota Pecinan Andalan Wisata Aceh - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Peunayong, Kota Pecinan Andalan Wisata Aceh




Bangunan ruko-ruko yang berhimpitan dengan kesibukan ekonomi yang tidak pernah berhenti, adalah gambaran singkat Peunayong, Banda Aceh.  Kawasan pecinan ini ternyata memiliki sejarah panjang akan keberadaannya di Banda Aceh. Lokasi ini termasuk arus sibuk perdagangan. Banyak perusahaan asing dan nasional yang memilih kawasan ini sebagai sentral industrinya. Kesibukan perdagangan ini ternyata sudah dimulai sejak masa kerajaan Aceh dulu.

Arkeolog Aceh yang juga ahli sejarah, Ibu Laila Abdul Jalil, yang bertugas sebagai pemandu kegiatan Jelajah Budaya yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh beberapa waktu lalu menjelaskan asal mula terbentuknya kawasan Peunayong ini

Ia menjelaskan, letak Banda Aceh strategis yang berhadapan dengan Selat Malaka, menjadikan kota ini berada di jalur sibuk. Banyak para pedagang dunia dari berbagai etnis yang melintas dan singgah. Dan Peunayong dipilih menjadi salah satu tempat persinggahan, termasuk etnis China.

Bangsa China telah melakukan kontak dagang dengan Aceh sekitar abad ke 9. Keramik, sutera, kertas dan mesiu termasuk dari beberapa komoditas perdagangan yang dibawa. Komoditas-komoditas itu ditukar dengan rempah-rempah yang berasal dari daratan Aceh.
Letak Peunayong yang bersebelahan dengan Krueng Aceh (sungai Aceh), mungkin menjadi alasan kawasan ini mereka pilih untuk ditempati. Dalam konsep kehidupan etnis China, hidup berdampingan dengan air mendatangkan kebaikan dan kemurahan hidup.

Selain faktor perdagangan yang mengakibatkan migrasinya etnis China, ada beberapa faktor yang mengakibatkan mereka harus pergi dari tanah kelahirannya. Dalam rentang waktu abad ke 5 hingga abad ke 8 banyak terjadi pergolakan politik di daratan China. Seperti pemberontakan, serangan bangsa Mongol, pembangunan tembok besar China, ataupun kelaparan, dan bencana alam.

Pada masa penjajan Belanda, migrasi China ke Aceh kembali terulang. Hal ini dimulai pada tahun 1875 atas gagasan W.P Groeneveld, selaku komisaris Pemerintah Hindia-Belanda. Kedatangan mereka ini ditaksir lebih 4000 orang melalui pelabuhan Singapura dan Penang. Mereka dipekerjakan sebagai “pekerja bebas” untuk menggerakkan perekonomian, mengingat upah pekerja China terbilang murah. Etnis China yang datang ke Aceh umumnya berasal dari suku Hakka, Teo-Chiu yang berasal dari provinsi Kwangtung, Hokkian dan Kanton.

Banyak pendapat mengenai asal usul nama Peunayong ini. Sebagian berpendapat, Peunayong berasal dari kata pedayong yang artinya pendayung. Mungkin hal ini didasari karena lokasinya bersebelahan dengan sungai. Tapi ada juga yang berpendapat jika Peunayong ini berasal dari kata peumayong yang artinya dipayungi. Sebab dulunya, kerajaan Aceh termasuk ketat mengawasi kawasan ini yang banyak didiami etnis luar, agar adat kebiasaan Aceh tidak tercemari. ***


About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

0 komentar:

Posting Komentar