#e39608 Pusing-Pusing Hotel Murah - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Pusing-Pusing Hotel Murah

Gola Gong akan mengisi workshop menulis di Banda Aceh minggu ini (5 mei). Sebulan lalu ia mengabarkan kedatangannya via twitter. Dengan waktu beberapa minggu, panitia pontang panting cari sponsor untuk menyukseskan acara. Dengan budget minim, panitia berusaha untuk memplotkan ke bagian-bagian yang tepat. Termasuk penginapan Gola Gong di Banda Aceh.

Dari awal Gola Gong menegaskan ia nggak ingin merepotkan panitia. Beberapa kali SMSan, dia minta penginapan ala backpacker ataupun penginapan kelas melati. Sempat pusing awalnya, dimana bisa cari penginapan yang nyaman dan murah di Banda Aceh.



Di Banda Aceh, penginapan lumayan banyak. Tersebar dibeberapa titik. Tapi info-info yang didengar kebanyakan mematok harga yang lumayan tinggi dengan beberapa fasilitas.Penginapan untuk backpacker? hmmmm.. sepertinya belum ada.

Siang itu saya keluar masuk hotel/penginapan. Mencari rate yang rendah dengan fasilitas baik. Tersebutlah beberapa nama hotel. Dalam benak saya terdapat bebeapa list hotel yang mungkin sedikit ramah unutk backpacker.

Keluar masuk kesana kemari. Kebanyakan mematok harga diatas Rp 150.000. Harga dibawah Rp100.000?? Hmm..nyaris nggak ada!


Kalopun ada, itu dengan fasilitas minim; kamar mandi diluar, kipas angin, bahkan TV nggak ada. Itupun harus ngubek-ngubek satu kota.

Mutar lagi kesana kemari, keluar masuk penginapan. Maka mampirlah saya disebuah penginapan. Menarik ketika masuk ke halaman penginapan ini. Beberapa kertas menempel ditiang-tiang gedung; DILARANG MENGINAP YANG BUKAN MUHRIM!

Wuiihhhh.. Aman sepertinya.

Dan makin bahagia, ketika tahu di penginapan tersebut tersedia kamar dengan harga Rp 65.000!!! Wah, murah sekali! Semakin berdecak, ketik tahu fasilitasnya; kipas angin, dan kamar mandi didalam kamar.

Tanpa perlu berpikir panjang, saya langsung booking kamar yang dimaksud. Takut jika duluan dibooking orang lain. Walaupun sekilas, penginapan ini juga sepi. Jarang yang menginap.

Si Bapak, bercerita banyak tentang kelebihan hotelnya. Jarak tempuh ke Mesjid Raya Baiturahman yang dekat, pusat jajanan yang semarak, alat transportasi yang mudah.

Keesokan harinya saya malah kepikiran. Waduh!! kasihan juga Gola Gong, sesekali ke Banda Aceh tapi penginapannya sederhana. Pikiran saya makin bercabang, ketika salah satu sponsor bersedia mensponsori penginapannya. Rasanya malu, ketika mendapat bantuan sponsor tapi kok penginapannya terlalu biasa.

Maka siang itu, Saya dan Doni, salah satu panitia berniat mengganti 'kelas' kamar. Yang tadinya kipas angin, mau ganti kelas ber AC. Biar dingin. Mengingat Banda Aceh yang panasnya luar biasa tak tahan.

Meluncurlah berdua ke penginapan dimaksud. Ketika tanya ini itu, ternyata untuk kamar berAC rata-rata dibandrol diatas Rp 200.000/net! Syaelllaaaa mahalnya! ckckckc....

Kalopun dibawah harga itu tetap dengan fasilitas kipas angin, trus ditambah sana sini. Wuiihhh, sempat mikir berulangkali. Terlebih Gola Gong menginap beberapa malam disini. Tapi ah, nggak apa-apa nambah dikit!

Sebelum deal untuk pindah kamar. Saya baru teringat, ketika booking beberapa hari lalu saya nggak lihat bagaimana wujud kamar sebenarnya. Benar-benar nyaman untuk leyeh-leyeh, atau nyaman selera pemilik penginapan.

Maka, diantarlah saya ke kamar yang telah dibooking seharga Rp 65.000. Si petugas mengantar saya dan Doni menuju lantai dua. Ketika menaiki tangga, kami melewati beberapa kamar yang umumnya kosong. Sepii bener ni hotel.

Saya tersadar, ternyata hotel ini masih dalam tahap pengerjaan. Beberapa kayu bertumpuk nggak beraturan. Bekas-bekas air semen merembes kemana-mana. Bau dinding basah menyeruak kemana-mana.

"Ini bang, kamarnya.." kata si petugas sambil membuka pintu kamar. Ketika pintu dibuka.

Oh Tuhan!! Mengerikannnnn.....

Ketika melihat kamar (tanpa perlu masuk kedalam), dalam benak saya langsung terpikir, harus dibatalkan!

Kamarnya terletak dipojok lantai dua, bersebelah dengan tangga. Letaknya paling ujung. Tersudut dari bangunan. Yang bikin miris, kamarnya sempit-sesempit2nya. Ranjangnya satu. "Kepala" ranjangnya langsung nempel dengan pintu kamar mandi dibelakangnya. Jadi kalo mau masuk ke kamar mandi, badan sedikit dimiringkan. Kipas anginnya nempel disudut ruangan. Sangking kecilnya, kalo mau shalat harus diatas ranjang. Dan lebih parahnya lagi, jendela kamar cuma seuprit. Itupun menhadap ke teras dekat tangga yang jauh dari sinar matahari. Pengap! Air rembesan dari lantai atas membentuk corak nggak beraturan di dinding2 kamar tidur. Oh Tuhannnnn... ini mengerikan.

Saya dan Doni minta diperlihatkan kamar yang lain. Si petugas membawa kami ke lantai tiga ke kamar yang lebih luas. Dia membuka kamar di lantai menghadap balkon yang didepannya dipenuhi tumpukan kayu. Ketika kamarnya dibuka, jreenggg..jreenggg... sebelas duabelas dengan kamar sebelumnya. Tapi kali ini lebih luas. Baunya? tetap pengap seperti kain bau kain basah yang direndam kelamaan.

Karena sepi, sempat tanya berapa orang yang nginap di lantai tiga ini.

"Oh, semuanya kosong bang. Kamar ini disana juga kosong," sahut si lelaki jangkung itu sambil menunjuk beberapa kamar. Syaellaaa..seramnya. Lantai satu sepi, lantai dua kosong, masa' lantai tiga juga kosong.

Di resepsionist, saya membatalkan booking kamar. Menceritakan kalo kamarnya tidak seperti kami bayangkan. Si petugas diam, dan mengiyakan akhirnya, "Kamarnya nggak layaknya ya bang..."

Karena keduluan booking tapi nggak jadi pakai, dikenakan charge. Si resepsionist mengembalikan harga kamar setengahnya kepada saya. Yah, rugi bandar!

Penjelajahan keliling hotelpun saya mulai bersama Doni. Keluar masuk hotel dibeberapa titik. Sebenarnya, Banda Aceh pasca tsunami begitu banyak hotel-hotel yang  berdiri. Tapi ketika kami keluar masuk cek rate harga, ketahuan kalo hampir semuanya sedikit mencekik. Jarang ditemukan hotel yang berharga miring.

Disebuah hotel saya sempat kaget ketika satu kamar yang cocok unutk dihuni satu orang, tapi harganya hampir mencapai Rp 500.000. Si resepsionist menawarkan harga diskon. Ketika dipotong sana sini, harganya jadi Rp 420.000/net. Yah, kemahalannya juga.

Di hotel lain kami juga pergi. Dari hotel yang namanya kurang nendang, sampai hotel yang hampir kolaps. Sempat sumringah, ketika melihat di list harga terttera Rp 130.000/net! Wah!

"Yang Rp 130.000 ini penambahan extra bed di dalam kamar.." Yah, mau nambah kasur tidur mahalnya. Y_Y

Di hotel sebelahnya harga sedikit miring. Si resepsionist lelaki tambun yang kelihatan ngantuk itu, menunjukkan kamar seharga Rp 135.000. Ketika saya lihat, kamarnya luas dengan 2 ranjang. Kamar mandi di dalam. Kipas menggantung dilangit kamar. Sedikit acak kadut. Dengan alasan kepingin cari kamar dengan satu ranjang, si resepsionist berujar, "Ada sih bang, tapi belum dibersihin.."

Bertiga kami berjalan kamar yang dituju. Si lelaki tambun itu membuka pintu kamar. Huwaaaa!!!! Itu kamar seperti kapal teluk ketabrak gunung es. Amburadul nggak beraturan. Sepreinya acak-acakan, sarung batal kemana-mana, jendela kekecilan. Lha, kok pegawainya malah numpang tidur didalam! Karena kesannya sedikit mesum, saya nggak ambil.

Keliling-keliling dimulai lagi. Mencari wisma yang ternyata, eh udah berubah menjadi kelas hotel. Yang otomatis harganya mencekik. Dan sialnya, sedikit sekali hotel-hotel yang menyediakan single bed.

Terakhir, saya dan Doni menemukan penginapan yang tepat untuk kami. Wisma Permata Hati. Letaknya hanya berjarak 25 meter dari simpang 5 Banda Aceh. Berhadapan dengan rumah sakit Kesdam. Bangunannya berwarna pink, nampak mencolok dari pinggir jalan. Walaupun ini disebut wisma, tapi pelayanannya setara hotel.

Pertama kali saya dan Doni melihat kamarnya, saya langsung setuju. recomended bagi yang mau jalan-jalan ke Banda Aceh. Kamarnya dibandrol seharga Rp 150.000/net. Single bed tapi ukurannya sedikit lebih besar. Kamarnya bersih, nyaman. BerAC, tv warna, juga disediakan handuk kering, peralatan mandi seperti sabun, sampho. Trus juga dikamarnya disediakan botol air mineral. Walaupun kamar mandinya terletak diluar, tapi jaraknya cuma bersebelahan dengan pintu masuk kamar. Trus puntidak harus berebutan dengan penghuni kamar lain. Soalnya penghuni kamar lain punya kamar mandi didalam kamarnya. Saya sempat heran, kenapa pintu kamar mandi luar itu nggak dibuat pintunya saja dari dalam kamar.

"Saya juga nggak tau, kenapa dibuat kayak gini bang," sahut si resepsionist yang nampak pasrah. Saya pun norak, ngapain ngurus-ngurus hal ginian.

Setelah keliling keluar masuk hotel di Banda Aceh, rupanya rate harganya belum begitu bersahabat dengan para backpacker. Saya sering baca buku travelicious dari kota-kota lain di Indonesia. Disana, sepertinya mencari penginapan murah tapi nyaman sepertinya mudah sekali. Rasanya berlomba-lomba menyediakan tempat penginapan yang baik. Terlebih sekarang, turis ala backpacker kayaknya kian menjamur keliling kesana-kesini. Jadi orang kere pun bisa kelililng, tanpa harus menjadi kere kuadrat.

Tapi, bagi kalian yang ingin keliling Banda Aceh dan berkunjung kemari. Jangan sedih gundah gulana dan sebagainya. Banda Aceh lumayan mudah mencari penginapan. Rata-rata penginapan di bandrol diatas Rp 150.000/net dengan fasilitas seadanya. Kalau mau lebih nyaman dengan fasilitas lengkap, kebanyakan penginapan dibandrol diatas harga Rp 200.000/net.

Tapi ada juga penginapan yang lumayan murah yang letaknya strategi seperti Hotel Prapat yang harga kamar dibandrol Rp 100.000/net.

Selamat jalan-jalan ke Banda Aceh


Info hotel

Wisma Permata Hati, jalan T. Hamzah Bendahara no 11 Kuta Alam, Banda Aceh. Telp (0651) 28164

About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

3 komentar:

  1. Jadi penasaran penginapan mana itu ya yang kondisinya mengerikan.. Hehehe..

    BalasHapus