#e39608 Wisata Kuburan di Pulau Samosir (Serial Medan eps 2) - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Wisata Kuburan di Pulau Samosir (Serial Medan eps 2)


Wisata Samosir−Setelah berkeliling di rumah pengasingan Soekarno, saya dan teman-teman memutuskan untuk menyeberang ke Pulau Samosir di tengah Danau Toba. Menyewa sebuah feri, saya hanya merogoh kocek sekitar Rp 20.000/orang. Ada 24 orang penumpang yang juga anggota TFT FLP yang ikut serta. Deal dengan pemilik feri, kami hanya diberi waktu 1,5 jam untuk keliling di Samosir.


Perjalanan ke Samosir hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Dulu, ketika pertama kali kemari saya menumpangi spead boat berkecepatan tinggi. Serasa melayang-layang di atas Danau Toba. Dasar sopirnya heboh, spead boat yang saya tumpangi meliuk-liuk hingga mereng menyentuh air.  Saat itu harga tiket dibandrol Rp 50.000 untuk pulang-pergi.
Menumpangi feri kali ini sedikit lebih seru. Lebih bisa menikmati keindahan Danau Toba dengan perlahan. Dan seperti yang yang telah disinggung sebelumnya, langit-awan di Dantob itu luar biasa indahnya. Sampai saya takjub dibuatnya.

Perjalanan kali ini lebih lama. Saya membutuhkan lebih dari 40 menit perjalanan feri. Soalnya teman-teman sepakat untuk singgah melihat batu gantung sebelum merapat ke Samosir. Saya baru pertama kali mendengar batu gantung. Penasaran dengan keberadaan selayak penasaran dengan Taman Gantung di Babylonia. Ngasal teman dari Medan berujar, "batu gantung itu keikat dengan rambut. Jadi tergantung-gantung.."

Ngahhh... Kok bisa?
Mustahil!

Maka bergeraklah saya dan teman-teman ke sana dengan feri yang sering oleng diterpa angin. Perjalanannya lumayan lama, sebab si nahkoda memutar haluan hingga kembali ke tepi danau. Nggak ngertilah maksudnya untuk apa. Kelamaan, saya malah ngantuk. Tidur di atas kursi busa feri. Teman-teman yang lain juga melakukan hal sama.
Dan beberapa menit kemudian, feri gaduh. Kecepatan feri menurun. Tiba-tiba feri rusuh grasak-grusuk bunyi orang-orang melangkah. Ada apa sih? Terjaga, saya lekas duduk.
"Itu batu gantungnya!!! itu batu gantungnya!!"
"Mana... mana..."

Heboh sebagian berpekik dari arah belakang feri. Semua berkumpul di sana dan memandang ke arah tebing tinggi di belakang yang jaraknya lumayan dekat. Saya bergegas menuju ke sana. Penasaran dengan batu gantungnya. Sempat cari juga di antara tebing-tebing yang dibalut pekat pohon-pohon.
Yang mana yak??

Dan..
Jreengg..jrengg..
batu gantung yang fenomenal itu
Di tebing batu cadas yang keras, paling atas, nemplok batu yang menjuntai. Mirip stalaktit di gua-gua. Hitam, sekilas kayak batu gunung dibakar.
"itu diaa!!!" teriak beberapa.

Saya melongo. Lha, cuma gitu doank?? Yeee...
Beberapa orang sibuk motret-motret. Saya malah heran. Laras di belakang senyum-senyum, "bang, itu batu gantung yang melegenda itu ya? hihiii"
Berdua kami cekikikan.

Yah, bisalah. Di Indonesia hal-hal ginian kan pasti cepat heboh. Yang berbau legenda rakyat pasti bikin penasaran. Ternyata batu gantung itu dipercaya sebagai kutukan anak yang durhaka kepada Ibunya. Si anak durhaka sangking marahnya bunuh diri dari tebing trus mengeras menjadi batu di tebing. Kesangkut nggak jadi nyebur ke danau. Nggak jadi tenggelam ceritanya.

Seorang teman berujar, "bang, disini kita nggak boleh riya-riya. Nggak boleh ketawa-ketawa. Kata orang-orang nanti air danaunya nggak tenang, feri nya bisa oleng.."
Wuihh!! Ngerinya. Jadi menyesal cekikikan barusan.
Tapi bisalah untuk menarik penasaran wisatawan. Terbukti, saya juga ke seret untuk lihat batu gantung. Terlebih lagi, di daratan Danau Toba sudah ada beberapa plang wisata tentang batu gantung yang bikin penasaran. Yang nggak tahu wujudnya gimana, pasti juga bakal sangat penasaran!

toko-toko souvenir yang padat di Pulau Samosir
Beberapa menit kemudian, kami tiba di Samosir tepatnya di daerah Tomok. Tomok salah satu desa pintu masuk pulau Samosir. Pelabuhan kecil dengan warung-warung kayu berderet ketika kami berlabuh di sana. Sedikit semrawut. Baru jalan beberapa meter ke depan kios-kios souvenir berjejer sepanjang jalan. Wuiihhh...

Masalah produk kerajinan tangan, Samosir patut diacungin jempol. Kreatifnya keren! Selain kain ulos yang melegenda beberapa kerajinan kayu juga semarak. Gantungan kunci, gendang, gantungan dinding, sandal, trus juga ada beberapa batik khas Sumut. Harganya walaupun sedikit mahal, tapi kalo nawar setengah harga pasti dapat juga. Namanya juga tempat wisata. Tapi saya sempat kaget dan heran. Lha, kok souvenir khas Aceh bisa nyasar kemari ya? Beneran bingung.
souvenir Aceh kok ada di sini??
Beruntung di Tomok tempat wisatanya berdekatan. Patung Si Galee-Galee dengan makam Raja Sidabutar pun berseberangan. Tujuan pertama saya sampai di sana, langsung menuju patung Si Galee-Galee. Letaknya di belakang kios souvenir. Di halaman rumah adat khas Samosir, patung kayu berdiri tegak dengan mata melotot. Sialnya ketika saya tiba, tirai panjang menutupi kawasan itu.
"Lagi ada pertunjukkan!!" teriak si Bapak dari balik tirai. Rupanya kalo ada pertunjukkan berbayar pengunjung dilarang untuk masuk atau sekedar ngintip-ngintip.

komplek patung Si Gale-Gale yang ditutup tirai
Kami pun bergerak ke arah makam Raja Sidabutar. Raja Sidabutar adalah salah satu Raja yang berkuasa di Samosir. Ia terkenal dengan taktik kanibal dalam berperang. Konon ia memiliki kesaktian pada rambut panjang gimbalnya. Bahkan menurut cerita, kesaktiannya akan hilang jika rambutnya dipotong.

Makam itu berbentuk pahatan yang dicat warna tembaga. Sisi belakang-depan makam terdapat ukiran kepala Raja Sidabutar dan permaisuri Raja, Boru Damanik. Di sisi kanan-kiri makam terdapat patung gajah berukuran kecil. Patung gajah ini diceritakan sebagai simbol mahar ketika Raja Sidabutar meminang Boru Damanik. Tapi ada juga kisah yang beredar, jika gajah itu pemberian raja Sidabutar ke Raja Aceh sebagai hadiah dan kemudian Raja Aceh memberikan kembali gajah tersebut ke Raja Sidabutar.

Di sekeliling area juga terdapat patung-patung berwujud setengah badan manusia yang tertancap di dalam tanah. Ada sekitar 17 patung yang membentuk formasi setengah lingkaran.
"Patung-patung itu sebagai pemuja minta turun hujan," sahut si Bapak yang duduk di bawah  pondok dekat kotak amal ketika saya tanya.


Tak seberapa jauh dari patung-patung, juga terdapat "meja makan" kecil dari batu. Bentuknya melingkar. Sepertinya tempat si Raja menggelar rapat. Lalu, di belakangnya terdapat kuburan katolik yang sudah diplester dikeramik. Sepertinya kerabat dekat si Raja.

Agak susah sih menangkap cerita keseluruhannya tempat ini. Mengingat di sini tidak ada prasasti yang menceritakan secara singkat makam dan artefak yang jumlahnya lumayan banyak ini. Kisah-kisahnya banyak diungkapkan secara lisan. Seorang kakek tua bertutur berdiri di depan makam. Kayaknya dia seorang pemandu. Sebab ia bercerita secara ringkas tentang makam dan patung-patung ini kepada pengunjung yang duduk rapi di bawah pondok.

pemandu wisata
Bagi yang datangnya agak telat kayak saya, marilah kita berpuyeng-puyeng ria mendengar cerita sepenggal-penggal gini. Mau nanya sedetail mungkin, nggak mugkin. Lha si kakek ceritanya udah kemana-mana, udah sampe episode 100. Nggak mungkin ngulang dari episode pertama. Dari pada makin bingung, saya beranjak pergi. Kotak amal tersedia di pintu keluar area. Terserah mau nyumbang berapa, tidak ada nominal resmi. Tujuan kami pun kembali ke patung Si Galee-Galee. Masih penasaran dengan patung itu. Kira-kira diizinin masuk nggak ya? (bersambung)

KLIK DI SINI untuk baca cerita selanjutnya


About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

7 komentar:

  1. Hehehe seru juga ya sama serunya kayak ke kebun ranbutan montatik

    BalasHapus
  2. hahaha, keren kali Bang..
    kalah majalah-majalah wisata sama cerita abang..
    kalo senusantara baca cerita abang yang di danau toba 1-2, can tenggelam tu pulau samosir.. semua jadi pingin ke sana bang :D

    BalasHapus
  3. Batu gantungnya ga jelas bang, y mana?
    Hahahahahahha kok ga ada lucu-lucunya bang?
    :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhahaa... nggak boleh sering2 lucu. Nanti garingg..

      Hapus
  4. Ceritanya seru mas hehehe. kapannya saya kesampaian kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo mas ke Samosir. cuma 4-5 jam dari kota Medan

      Hapus