#e39608 Meruwa Sakti Mandraguna!!! - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Meruwa Sakti Mandraguna!!!


 Kami menyebutnya meruwa. Kalo bahasa Indonesianya biawak. Masuk dalam golongan varadinae,  kadal besar. Biarpun bahasa latinnya lumayan keren, nggak menjamin binatang ini berbudi pekerti akhlak baik.

Pasca tsunami, di lorong kampungku penuh semak-semak. Ilalang tinggi-tinggi. Trus nanti muncul bunganya berbentuk obor.  Kami menyebutnya bak dah. Ini tumbuhan juga mahadahsyat. Nggak hujan nggak kemarau tetap pooll!! Dibakar, disiram minyak tanah, digelinding sampe rata juga masa bodo’. Panjang umur.

Nah, dari semak-semak itu si meruwa ini sering nongol. Mengganggu kekhusyukan seluruh kampung. Tetanggaku diujung lorong, keseringan diserang meruwa. Segede gaban sering nongol tiba-tiba dalam rumah. Dikejar plentang plentung. Diusir sana sini.

Happp!!! Plunggg!!!



Si meruwa kelelep di kolam ikan dibelakang rumah. Sampe sekarang yang punya rumah ngaku, kalo si meruwa udah menguasai kolam sampe beranak pinak. Diusir nggak mau pergi. Malah berkuasa.

Lain lagi cerita tetanggaku yang lain. Si meruwa juga masuk kedalam rumah. Bertamu sampe kedapur sok akrabnya. Dasar meruwa sialan. Nasibnya kali ini naas. Yang punya rumah berotot, Pletakkk!!!! Si meruwa dihajar dengan gagang sapu. Penyokk seketika rupanya. Mayatnya digerek sepanjang jalan kampung kayak korban perang.

Dan kali ini meruwa menyerang rumahku. Bertubi-tubi kayak bom molotov.

Tersadarnya, waktu pagi. Lagi siap-siap menuju kantor. Halaman rumah sebelah kamarku berisik nggak ketulungan.

Jessszzz...jesszzzz....

Bunyi kayak benda diseret-seret. Trus bunyi kayu yang dipijak. Ah, palingan orang rumah yang lagi jemur baju.

Bunyi lagi. Jezsszzz...jesszzsss... kasak kusuk.

Penasaran, aku ngintip dari jendela kamar.

Huaaahhhh!!!!

Meruwa segede anak buaya meliuk-liuk dibawah tali jemuran. Kepalanya melongok-longok ketembok pagar. Seketika rumah heboh. Si meruwa makin panik. Kami berkumpul diteras samping.

Tinggg!!

Meruwa hilang tiba-tiba. Nggak ada lagi badan bongsornya yang meliuk-liuk. Kepala melenggak lenggok. Tiba-tiba hilang. Kami melongo.

“pasti dibawah tumpukan kayu!” kami berdiskusi diteras rumah sambil mengintari pandangan ke halaman yang lumayan berantakan.

Dan eksekusinya berlangsung sore hari. Selepas pulang kerja. Semuanya berkumpul di teras samping. Masing-masing mengenggam batu. Serasa kayak lempar jumrah.

Pletakk pletaakkk!!

Batu-batu berhamburan menghajar  susunan kayu didekat sumur. Berharap si meruwa syok trus nyerah diri.

Gagal!! Yang ditunggu juga nggak muncul-muncul.

“mungkin dibalik seng,” aku berasumsi lagi. Melongok kearah seng nganggur dekat pintu taman. Letaknya miring tegak, jadi ada space ruang dibawahnya. Mungkin aja si meruwa melindungi diri disana.

Hajar!!!!!!

Kali ini lebih gegap gempita. Kebayangkan gimana hebohnya kalo seng dilempar batu. Bunyinya nggak karuan. Dan hasilnya...

Tadaaaaaaa!!! Juga nihil!

Si meruwa hilang jejak di sore menjelang maghrib itu.

Hmmm..mistik!

*****

Pekara meruwa nggak selesai di sore itu. Beberapa hari kemudian. Kejadiannya kembali berulang. Kakakku berteriak kaget dari dalam kamarnya. Rupanya, tanpa sengaja sewaktu buka jendela kamar eh, ada meruwa yang meliuk-liuk. Apa kabar?? Sok  akrab, pagi-pagi udah nongol.

Kakakku ketar ketir. Syok kalo tiba-tiba meruwa masuk kekamar, trus tidur bareng dengan baby nya yang baru berumur beberapa bulan. Kali ini meruwanya lumayan kecil. Kurasa masih sodaraan dengan meruwa yang tempo hari hadir. Kamipun kembali merapat. Berdiskusi. Berasumsi sana sini. Membahas, bagaimana meruwa itu bisa masuk lagi padahal pagar udah ditutup rapat. Dimana dia bersembunyi, kok kemarin-kemarin dihajar nggak mati-mati. Trus, yang paling penting bagaimana cara membinasakannya.

Rapat ditutup. Nggak ada penyerangan hari ini. Soalnya meruwanya masih kecil. Kasihan kalo dibombardir. Biarlah dia hidup sebagaimana mestinya.

Kebaikan hati kami ini dibalas tuba. Berselang beberapa hari kemudian, emaknya meruwa muncul lagi. Kali ini bodynya besar. Dooodooeee...ngelunjak!

Akhirnya eksekusi pun berlangsung  pagi itu. Aku nggak ikut-ikutan berhubung buru-buru ke kantor. Tapi dari kasak kusuk diskusi orang-orang rumah (diskusi lageeee), ada beberapa faktor kenapa si meruwa hobi bolak balik kayak setrikaan.

Yang pertama, bisa jadi ada anaknya diarea halaman samping. Terlebih disana banyak pohon. Ada sumur, jadi lembab enak untuk leyeh-leyeh. Trus faktor kedua, kemungkinan juga si meruwa lagi brojol netasin telur-telurnya. Cikal bakal keturunan kedepan. Jadi numpang bersalin dihalaman samping.

Hmmm..

kayaknya point kedua lebih mendekati. Soalnya meruwa hobi berbaring didekat tembok bawah pohon belimbing. Maka, pagi itu aksi pun berlangsung. Aku cuma dengar kasak kusuk dari sebelah kamar, gimana hebohnya orang-orang rumah menemukan hampir 20 telur biawak yang siap netas dibawah pohon belimbing!!!!

Busyettt!!!!

Si meruwa kepingin bikin kerajaan disini!

Orang rumah berpekik kaget. Serasa kayak nemuin harta karun zaman fir’aun. Di sawah belakang rumah, telur-telur itu dihancurkan. Hiks! Sedihhh, padahal kalo dimasak  rendang pasti enak.

***

Suasana sedikit tenang beberapa hari. Obrolan rumahpun masih seputar meruwa yang hobi datang bertamu tak diundang.

Sore itu hujan. Rintik-rintik lumayan deras. Lagi leyeh-leyeh dikamar. Pintu digedor kuat. Kakak dan adekku didepan kamar. Laporannya gegap gempita!

“Ada meruwa  dihalaman samping!”

Dodoooeeee...dia lagi dia lagi..

Dan seperti yang telah kami lakukan berulang-ulang. Tim penyerang pun disiapkan. Kali ini lebih dramatis. Pake hujan-hujanan. Ngumpulin batu trus nyerang si meruwa pun berpayungan. Kali ini tak tik diutamakan, nggak asal sembur nyerang.

Pintu pagar halaman samping yang nembus ke jalan belakang rumah dibuka lebar. Dengan maksud, sewaktu kami nyerang si meruwa dia bakal meloloskan diri dari pintu itu. Dan happpp!!! Pintu akan segera kami tutup dan si meruwa nggak bisa masuk lagi.

Cerdik!!!

Dari teras rumah yang juga berpintu besi. Kami berdiri. Menyaksikan meruwa yang meliuk-liuk diujung sana. Pagar udah dibuka lebar. Berharap dia melarikan diri lewat sana. Dan sedetik kemudian..

SERANGGGG!!!!!

Pleetaakkk..pletaaakkkk...batu berhamburan. Si meruwa syok! Dia balik arah! Bukannya keluar dari pintu pagar, eh dia balik menyerang kami! Cepat kaki badannya terseok-seokk kearah kami. Menggebu-gebu. KAMI DISERANG!!!!

Lariiii!!!!

Lekas kami berlarian. Menyelamatkan diri. Sialnya, pintu besi yang melingkari teras belakang cuma seuprit. Cuma muat satu badan. Lagi berjuang untuk masuk dorong-dorongan.

 Bleessszzzzzz!!!!! Si meruwa sakti mandraguna malah nyosor duluan dari celah-celah besi. Grasak grusuk terjang ini itu. Naik kesana kesini.  Nyeruduk ini itu. Bunyinya berisik. Keponakanku yang berumur 3 tahun nangis histeris. Hujan menggelegar-gelegar. Adikku teriak ketakutan. Hebohnya tiada tara...



***

Terakhir, kejadiannya beberapa minggu lalu. Udah malam. Mungkin kisaran jam setengah 12 malam. Aku lagi nulis. Baca-baca facebook. Trus lagi-lagi dari halaman samping, bunyi badan ngesot. Terdengar bunyi seretan badan diatas bebatuan. Sesekali bunyi kayu. Berderit-derit. Pasti meruwa lagi!

Langsung ketahuan. Malas ladenin yang gini-gini melulu. Masa bodo’. Tapi kakakku yang kebetulan juga dengar langsung heboh. Pintu kamar digedar gedor.

“Meruwa datang lagi!!”

Arrggghhhhhhhh!!!!

Dan lagi, kami kayak tim pengejar biawak. Malam-malam pun jadi -_-

Kali ini nggak ada peyerangan. Cuma pemantauan. Sadaapppp

Dari jendela kamar. Kami memantau kemana si meruwa itu bersembunyi. Diluar gelap! Nggak nampak apa2.

“hidupin lampu!!”

Lampu dinyalain. Meruwa juga nggak kelihatan. Bunyi badan bongsornya yang lagi berjalan juga nggak kedengaran lagi.

“ambil senter!!’

Senter diambil. Disudut-sudut kami sorot. Siapa tau dia lagi meringkuk. Lama kami pantau dari jendela. Tetap nggak ada!

Keren ni meruwa! Udah pinter!

Ternyata penyerangan kami selama ini, dijadikan pembelajaran berharga baginya. Terbukti. Udah dinyalain lampu, disorot pake senter, ditungguin didepan jendela. Dianya nggak muncul-muncul.

Sembunyi dimana lagi kamu, ngeh???

About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

9 komentar:

  1. Hahaaa...gokiiiil banget.

    Eh hat, setelah kuperhatikan, kulihat, kutinjau, dan kupikir-pikir, kayaknya ente cucoks nulis yang ginian hat. kayak yang pangkas rambut juga gitu.
    Tapi kalo aku baca cerpenmu yang serius, gak seasik gaya nulis ente yang kaya gini.

    Tulisan ente gak garing. Gokil bin lucu. Ente kalo serius nulis fiksi dengan kaya gini, ente bisa kayak kak beby deh, atau Raditya Dika.

    Ciyus lhoooo...

    BalasHapus
  2. Ceritanya segar dan kocak. Memang sih apapun bisa ditulis :D
    Saleum

    BalasHapus
  3. Meuruwa season dua fer qe tulis. Disitu ada tokih baru. Rupanya selama ini meuruwa itu, meruwa ngepet.

    BalasHapus
  4. kurang lengkap tu...
    lu nyangkut payung g di cerita...
    disitu laa...puncak lucu y ga naek ketawa keluar perut -perut....heheeee.......

    BalasHapus
  5. saleum kembali haya..
    salam sudh mampir..

    BalasHapus
  6. hahahhahahaa... itu unutk apa dicerita..

    BalasHapus
  7. Whaaa... serangan meuruwa bg, ga jauh beda dr gampong kami beberapa tahun lalu. Tetapi kami lebih banyak korban ayam-nya..

    Seru bang, jangan lupa disambung ntar ya...
    (mungkin bisa nules edisi ceurapee juga?)
    hehe, maklum banyak yang piara ayam.

    BalasHapus
  8. Hahahhahaa cerdik mengalahkan si kancil meuruanya bang. Haghag... apa kabar dia sekarang Bang? Ckckck.... :-d

    BalasHapus
  9. Omak...ngeri-ngeri sedap bacanya, mudah-mudahan ga ada lagi biawak yang datang, ga kebayang dia balas dendam karena telornya dimusnahin, bisa jadi Angry Lizard @-)

    BalasHapus